Mungkin benefit (manfaatnya) tidak terlihat (pada saat ini), tapi kita ingin menghindari bencana di masa depan
Jakarta (ANTARA) - Kepala Kajian Ekonomi Lingkungan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM UI) Alin Halimatussadiah mengatakan untuk memperbaiki lingkungan sekaligus juga ekonomi nasional, sangat penting bagi Indonesia untuk menerapkan pemulihan berkelanjutan.

"Kita bisa memanfaatkan situasi krisis pandemi ini untuk mem-forward menuju masa depan yang bukan lagi kembali ke situasi sebelumnya, tapi lebih baik dengan sustainable recovery,” kata Alin dalam rilis webinar "Stockholm+50: A Healthy Planet for The Prosperity of All" yang digelar UNDP, Kementerian Luar Negeri dan Kedutaan Besar Swedia, bersama Katadata di Jakarta, Kamis.

Namun demikian, ujar Alin, untuk menerapkan pemulihan berkelanjutan, perlu bagi Indonesia untuk melihat jauh ke depan, seperti dampak apa saja yang mungkin diakibatkan oleh kebijakan-kebijakan yang ada saat ini, terlepas apakah kebijakan tersebut sudah mengarah pada ekonomi hijau atau masih berupa kebijakan konvensional.

Selain itu, ujar dia, dengan melihat lebih jauh dampak negatif dari kebijakan business as usual, ini sama artinya Indonesia sedang memitigasi kerugian di masa depan.

"Mungkin benefit (manfaatnya) tidak terlihat (pada saat ini), tapi kita ingin menghindari bencana di masa depan,” tutur Alin.

Menurut Alin, selama ini khususnya saat pandemi, kebijakan ekonomi yang diambil oleh Indonesia dinilai memberikan kontribusi negatif lebih banyak terhadap lingkungan, ketimbang yang memberikan dampak positif.

Untuk itu, ujar dia, guna benar-benar menerapkan prinsip ekonomi hijau, Indonesia sangat perlu memerhatikan permasalahan global yang terjadi saat ini, yakni perubahan iklim.

Selain itu, ia mengingatkan harus pula mempertimbangkan permasalahan yang terjadi di dalam negeri, yaitu berupa eksploitasi sumber daya alam dan penurunan kualitas lingkungan. Hal ini dapat diatasi dengan menerapkan ekonomi melingkar (circular economy) dan membuat pengawasan yang kuat, khususnya untuk perbaikan permasalahan lingkungan.

Pembicara lainnya, Dosen Departemen SKPM IPB University Soeryo Adiwobowo menjelaskan pembangunan yang selama ini dilakukan harus bersahabat dengan alam agar bisa menciptakan planet yang sehat.

Dari tatanan makro, ujar Soeryo Adiwibowo untuk memulihkan dan menumbuhkan kembali relasi positif dengan alam, diperlukan perubahan radikal pada tatanan kehidupan yang bertumpu pada pertumbuhan ekonomi dengan konsumsi sebagai mesin pertumbuhan.

Sementara itu, dalam sambutannya, Duta Besar Swedia untuk Indonesia, Timor Leste dan ASEAN, Marina Berg mengapresiasi salah satu cara Indonesia untuk membantu mewujudkan lingkungan yang lebih hijau, salah satunya dengan penerbitan sukuk hijau atau green sukuk Syariah.

Meski begitu, ujar Marina Berg, untuk memperbaiki krisis lingkungan yang saat ini sudah banyak terjadi, Indonesia memerlukan lebih banyak lagi inovasi-inovasi luar biasa. Khususnya inovasi yang dapat memperlambat perubahan iklim, mengurangi pencemaran lingkungan, hingga menjaga ekosistem yang ada.

“Ini adalah perkembangan yang luar biasa, namun dengan triliunan dolar yang dipertaruhkan di Indonesia saja, diperlukan lebih banyak inovasi,” tukas Marina.

Seperti diketahui, Perhelatan Stockholm +50 yang akan digelar tanggal 2-3 Juni mendatang juga bertepatan dengan peringatan 50 tahun sejak Deklarasi Stockholm diadopsi di pertemuan PBB pertama terkait lingkungan hidup di Stockholm. Deklarasi ini merupakan pernyataan dunia pertama yang menjelaskan interkoneksi antara pembangunan, kemiskinan dan lingkungan hidup.

Pertemuan Stockcholm +50 juga akan membahas kelangsungan lingkungan hidup dunia setelah dunia dihantam pandemi. Dua tahun pandemi telah membuat terjadinya kemunduran dalam pencapaian pembangunan berkelanjutan (SDG). Ini karena adanya peningkatan kemiskinan, pola konsumsi yang tidak berkelanjutan serta eksploitasi sumber daya alam.

Baca juga: Airlangga: Investasi ekonomi hijau dan biru bakal percepat pembangunan
Baca juga: BI: Pemahaman terkait data dorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan
Baca juga: Mengatur surga khatulistiwa untuk investasi berkelanjutan ke anak-cucu

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022