Jakarta (ANTARA) - Mencari sepatu lari bisa dibilang gampang-gampang susah, apalagi jika menyesuaikan dengan telapak kaki perempuan.

Melansir Healthline, terdapat perbedaan antara sepatu lari pria dan wanita. Penelitian tahun 2009 menunjukkan bahwa wanita cenderung memiliki tumit yang lebih sempit dalam kaitannya dengan lingkar bola kaki mereka. 

Sebagian besar sepatu lari yang dipasarkan untuk wanita memperhitungkan perbedaan tumit dalam desainnya, jadi Anda dapat melihat perbedaan dalam bentuk tumit. Penelitian juga menemukan bahwa, karena wanita cenderung memiliki pinggul yang lebih lebar daripada pria, bagian luar telapak kaki mereka cenderung menyentuh tanah terlebih dahulu saat mereka berjalan dan berlari, ini juga dikenal sebagai pronasi.

Banyak sepatu lari untuk wanita yang memperhitungkan pronasi dengan jenis penyangga lengkung berbeda. Sepatu lari wanita juga cenderung lebih ringan dan lembut dibandingkan sepatu pria.

Baca juga: Adidas luncurkan Bra Collection SS22 untuk perempuan pecinta olahraga

Baca juga: Dua koleksi Yeezy terbaru di pertengahan Desember 2021


Akan tetapi, dalam memilih sepatu tidak perlu terpaku untuk pria atau wanita. Pilihlah produk yang cocok dengan gaya dan fitur yang paling sesuai dengan Anda, bukan yang paling laku di pasaran.

Salah satu sepatu yang bisa menjadi pertimbangan para pelari perempuan adalah adidas Ultraboost 22. Sepatu ini didesain dengan masukan khusus dari para perempuan untuk menghadirkan sepatu yang dirancang untuk kenyamanan kaki mereka.
 
adidas Ultraboost 22 (ANTARA/Maria Cicilia Galuh)


Tim desainer dan developer produk untuk produk ini yang semuanya perempuan bekerja sama dengan komunitas lari adidas dan penguji untuk menciptakan siluet baru yang menjadi momentum untuk pembaruan terbesar untuk jajaran koleksi Ultraboost.

Dalam proses pembuatannya, adidas memanfaatkan data khusus tentang kaki perempuan dan menggunakan database anatomi online dari 1,2 juta pemindaian kaki. Setelah itu dilakukan dan dianalisis oleh peneliti alas kaki dan teknologi Jura, abkar & Džerosk (2019).

Tim desainer adidas mengidentifikasi perbedaan utama di antara tinggi punggung kaki, anatomi tumit, dan tren siklus perempuan lalu merekayasa ulang serta menyempurnakan iterasi Ultraboost seri terakhir untuk lebih mencerminkan kondisi kaki perempuan.

Seri terbaru Ultraboost ini lahir dari fondasi S-curve khas Ultraboost 21 yang terakhir diluncurkan, diaplikasikan dengan baik untuk menciptakan saku tumit yang lebih sempit, profil kaki depan yang lebih dangkal, dan area punggung kaki yang lebih rendah dan mempertahankan bentuk kurva S pada tumit.

Desain ini dirancang untuk bekerja selaras dengan penyokong tumit agar tendon achilles bergerak lebih bebas.

Sol luar yang baru juga disempurnakan dan dirancang untuk membantu pelari guna mencegah terjadinya overpronasi.

"Kami menciptakan adidas Ultraboost 22, dengan mengambil pendekatan yang lebih holistik dalam mendesain sepatu lari kami. Ultraboost 22 dibuat dengan tujuan untuk mendukung komunitas lari perempuan kami dengan menyediakan sepatu yang memberikan ekspresi dengan kenyamanan dan daya tanggap terbaik," ujar Nora Wilimzig, Senior Product Manager, adidas Running kepada ANTARA dikutip Jumat.
 
adidas Ultraboost 22 (ANTARA/Maria Cicilia Galuh)


ANTARA berkesempatan untuk mencoba Ultraboost 22 yang memiliki fitur Linear Energy Push (LEP). Ini merupakan evolusi dari sistem torsi yang bekerja selaras dengan midsole boost dan outsole yang baru dirancang untuk pengalaman lari yang lebih responsif.

Fitur ini membantu untuk pengguna mendapat dorongan saat berlari, lantaran memiliki ketinggian sole yang berbeda-beda. Ultraboost 22 juga menggunakan outsole karet Continental yang mampu menghindari selip bahkan dijalan yang basah.

Ultraboost 22 memiliki midsole yang sangat empuk sehingga nyaman dipakai untuk berlari atau sekadar pemakaian sehari-hari. Hal ini dikarenakan busa Ultraboost lebih mudah dikompres sehingga menjadikannya terasa empuk lantaran bahannya yang lebih lembut.

Baca juga: adidas + YEEZY luncurkan sandal Pure dan Ochre

Sepatu ini juga memiliki sistem torsi atas dan LEP baru berpadu dengan midsole boost yang ikonik untuk menghasilkan pengembalian energi yang unggul. Menurut adidas, Ultraboost 22 lebih unggul 4 persen dibandingkan dengan seri sebelumnya untuk perempuan. Menariknya sepatu ini juga dibuat berdasarkan anatomi perempuan.

Pada bagian atas sepatu menggunakan bahan Primeknit atau rajutan yang sangat nyaman untuk dipakai. 50 persen bahan sepatu ini dibuat dengan benang daur ulang dari Parley Ocean Plastic. Selain itu terdapat bagian seperti cangkang plastik yang berfungsi sebagai lubang tali.
 
adidas Ultraboost 22 (ANTARA/Maria Cicilia Galuh)


Sebagai pertimbangan, jika ingin membeli sepatu lari Ultraboost 22, pilihlah ukuran yang pas agar kaki Anda terasa lebih nyaman dan terhindar dari slip. Sebab desain dari sepatu ini benar-benar membungkus kaki dengan erat.

Pada dasarnya Ultraboost 22 merupakan sepatu lari yang diciptakan untuk perempuan baik untuk jarak jauh ataupun sekadar jogging. Akan tetapi, sepatu ini juga cukup nyaman jika digunakan untuk olahraga lainnya, bahkan Anda juga bisa memakainya pada kegiatan sehari-hari dengan gaya kasual seperti layaknya sneakers.

Sebelum membeli sepatu lari, hal pertama yang harus dilakukannya adalah mencobanya terlebih dahulu. Biasanya, toko sepatu olahraga menyediakan lintasan lari kecil untuk menjajal keunggulan dari sepatu tersebut.

Jika tidak terdapat lintasan atau treadmill, Anda bisa melakukan lari-lari kecil di tempat. Dari sana akan ketahuan bagian mana yang membuat tidak nyaman.

Ultraboost 22 sendiri dibanderol dengan harga Rp3,3 juta dengan beberapa pilihan warna dan saat ini sudah tersedia di seluruh toko adidas.

Baca juga: Adidas hadirkan YZY foam RNR Stone Sage di Tanah Air

Baca juga: Gucci dan adidas hadirkan nuansa kasual nan mewah di Milan

Baca juga: Adidas luncurkan Solarglide 5 untuk kenyamanan lari sehari- hari

Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2022