Jakarta (ANTARA) - PT Pertamina Geothermal Energy menawarkan peluang kerja sama pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP) dengan tiga area kemitraan yakni co-generation, co-production, dan co-development.

"Syaratnya, kemitraan strategis itu harus bisa memberikan keuntungan kepada kedua belah pihak, serta mampu menciptakan nilai tambah bagi bumi, dunia, dan masa depan yang lebih baik,” kata Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) Ahmad Yuniarto dalam keterangan di Jakarta, Selasa.

Ahmad menjelaskan bahwa pembangkitan bersama atau co-generation bisa dilakukan melalui optimalisasi uap air panas untuk menghasilkan listrik ramah lingkungan.

Sedangkan area kemitraan produksi bersama-sama atau co-production memiliki empat bidang yang bisa dikerjakan yakni pemanfaatan karbon dioksida untuk bahan bakar alternatif, ekstraksi nano material dengan memanfaatkan kandungan fluida panas bumi, pemanfaatan hidrogen hijau, dan pemanfaatan metanol hijau.

Adapun pengembangan bersama atau co-development bisa dilakukan dengan membangun geo-eco tourism dan geo-agro industry.

Baca juga: Pertamina ungkap manfaat tersembunyi energi panas bumi

“Pada prinsipnya operasi PGE harus efisien, termasuk dalam memanfaatkan waste," jelas Ahmad.

Dalam menjalankan bisnisnya, PGE terus berkomitmen untuk pengembangan panas bumi dan memastikan implementasi tata kelola lingkungan, sosial, dan perusahaan (ESG) menjadi bagian terintegrasi dari bisnis panas bumi perseroan.

Ahmad mengatakan penerapan aspek-aspek ESG merupakan upaya dalam memberikan nilai tambah serta dukungan PGE pada program pemerintah terkait pemanfaatan energi baru terbarukan yang ramah lingkungan.

Berdasarkan data ThinkGeoEnergy 2022, kapasitas terpasang PLTP di seluruh dunia mencapai 15.854 megawatt. Indonesia dengan kapasitas pembangkit sebesar 2.276 megawatt pada 2021 merupakan negara terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat sebesar 3.722 megawatt.

Baca juga: Pertamina targetkan kapasitas PLTP capai 1.112 MW pada 2026

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022