Saya berterima kasih kepada Pak Kapolri dan jajarannya yang sangat peduli sama keluarga saya.
Jakarta (ANTARA) - Berawal dari video viral di media sosial, seorang anak perempuan berusia 10 tahun, mengenakan seragam polisi cilik, lengkap dengan topi khas Polri, duduk di lantai dalam rumahnya, dengan selimut menutup bagian kakinya.

Salah satu tangannya memegang bingkai foto Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo, sambil membaca pesan yang ingin disampaikannya.

Gadis cilik itu bernama Sinta Aulia Maulidiyah, putri pertama Muhlisin, seorang petani asal Desa Samara, Kecamatan Pamotan, Rembang, Jawa Tengah, yang tengah menderita tumor ganas pada kaki sebelah kiri.

“Pak Listyo Sigit saya ingin sembuh tolong dibantu. Cita-cita saya ingin jadi Polwan,” kata Sinta, dalam video yang diunggah pertengahan Februari lalu.

Setahun lamanya Sinta terbaring sakit, akibat tumor ganas yang menyerang bagian paha kirinya. Saat berusia 9 tahun, ia terjatuh dari sepeda. Sejak saat itu, gadis periang dan mudah senyum itu kesulitan untuk berjalan.

Segala upaya untuk kesembuhan Sinta dilakukan orang uanya. Ia sempat menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. R. Soetrasno rembang. Dan sempat juga dirujuk ke Rumah Sakit Muwardi Solo. Namun, sakitnya tak kunjung sembuh.

Namun karena kondisi ekonomi, Sinta yang terlahir sebagai anak seorang petani, tak mampu melanjutkan pengobatan. Hingga akhirnya meminta bantuan, salah satunya kepada Kapolri.


Antensi Kapolri

Doa dan harapan Sinta untuk sembuh dari penyakit sepertinya terkabul, tak lama videonya ditanggapi oleh jenderal bintang empat di Korps Bhayangkara itu. Kapolri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo menuliskan komentar singkat pada video unggahan Sinta yang viral.

“Saya hubungi segera ya nak, terima kasih,” tulis Kapolri di kolom komentar, kala itu.

Tidak menunggu lama, Kapolri langsung memenuhi janjinya untuk menghubungi Sinta dan orangtuanya, Sabtu (19/2) lalu.

Kapolri menelpon lewat panggilan video meggunakan ponsel anggota Bhabinkamtibmas Polres Rembang, Jawa Timur, kala itu sang jenderal tengah bertugas di wilayah Kota Santri itu.

Sinta yang didampingi ibunya terlibat percakapan yang mengharukan dengan Kapolri, momen itu dibagikan dalam video berdurasi 2 menit 20 detik yang diunggah di akun media sosial Kapolri maupun institusi Polri.

Dalam percakapan tersebut, Kapolri Jenderal Sigit menanyakan apa yang jadi keinginan Sinta, dan akan penuhinya. Seketika Sinta menjawab ingin sembuh.

Kapolri lalu memerintah tim dokter di Rumah Sakit Polri terdekat untuk mendampingi Sinta dalam perjalanan menuju Rumah Sakit Polri Kramatjati. Sebuah helikopter telah disiapkan untuk menjemput Sinta dan orangtuannya menuju Jakarta.

Hari itu juga, pada pukul 15.40 WIB, Sinta dan orangtuanya diterbangkan ke Jakarta menggunakan helikopter milik Polri. Terbang selama hampir dua jam, hingga akhirnya mendarat di Bandara Pondok Cabe, Jakarta pukul 18.25 WIB.

Dari Bandara Pondok Cabe, Sinta dibawa menggunakan ambulans ke Rumah Sakit (RS) IR. Said Sukanto atau dikenal dengan RS Polri Kramatjati. Tim dokter telah bersiap menyambut kedatangan gadis cilik itu.

Setibanya di rumah sakit, Sinta langsung menjalani observasi ditangani tim dokter spesialis dari RS Polri Kramatjati. Sebuah ruangan VIP disiapkan untuk Sinta dan orangtuanya menjalani perawatan.

Dukungan dan kepedulian Kapolri juga ditunjukkan saat menjenguk Sinta dan orangtuanya di RS Polri Kramatjati, Minggu (20/3). Jenderal Sigit didampingi sang istri, Ketua Umum Bhayangkari Jualianti Sigit Prabowo, untuk memastikan Sinta terlayani dengan sebaik-baiknya.

tangkapan layar- Karumkit RS Polri Brigjen Pol. Asep Hendradiana didampingi dokter dan Muhlisin (ayah Sinta) meninjau kondisi Sinta Aulia, pasien tumor tulang yang menjalani perawatan Rumah Sakit Bhayangkari, Kramatjati, Jakarta, Minggu (20/2/2022). (ANTARA/Laily Rahmawaty)
RS Polri membentuk tim yang beranggotakan para pakar dan ahli bidang orthopedi, dan spesialis anak. Tim dokter berasal dari rumah sakit yang berkolaborasi, yakni RSCM, RS Kanker Dharmais, kemudian RS MRCCC Siloam Semanggi.

Kepedulian Kapolri terhadap Sinta mendapat dukungan dari Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin yang memerintahkan RS Kanker Dharmais turun membantu memberikan layanan terbaik.

Sinta didiagnosis mengalami tumor tulang pada paha bagian kiri yang cukup parah, sel tumor sudah menyebar ke organ tubuhnya. Selama satu tahun Sinta tidak bergerak hanya terbaring di tempat tidur.

Berat tubuh sebelum menjalani operasi 17,5 kilogram (kg) setelah menjalani operasi hip disartikulasi (amputasi sendi panggul kiri) selama dua jam lamanya di RS Polri pada Rabu (23/3), berat tubuh Sinta tersisa 10 kg.

“Dari 17,5 kg sebelum operasi, setelahnya oeprasi hanya tersisa 10 kg, berati tumornya hampir 7 kg, hampir 30 persen berat tubuhnya itu oleh tumor,” kata Kepala Rumah Sakit (Karumkit) Polri Kramatjati Brigjen Pol. Asep Hendradiana, Rabu (2/3).

Setelah menjalani operasi, tim dokter berupaya untuk mengembalikan kondisi kesehatan Sinta, termasuk psikologinya yang harus merelakan kakinya diamputasi. RS Polri mengerahkan tenaga psikolog anak untuk memberikan pendampingan kepada Sinta.

Tim nutrisi juga dikerahkan untuk memulihkan kondisi nutrisi Sinta, dari berat badan 10 kg setelah operasi, kini berat badanya berangsur naik. Termasuk hemaglobin (Hb) atau protein dalam darah merahnya meningkat, dari sebelumnya hanya 1,9 kini nak menjadi 12. Sinta tidak lagi membutuhkan transfusi darah.

Kembali pulih

tangkapan layar- Sinta Aulia (10), pasien tumor tulang yang menjalani perawatan Rumah Sakit Bhayangkari, Kramatjati, Jakarta, Minggu (20/2/2022). ANTARA/Laily Rahmawaty
Kepala RS Polri Brigjen Pol Asep Hendradiana mengatakan Sinta memang kehilangan organ tubuhnya, yakni kaki kirinya, tetapi hidupnya akan lebih produktif di kemudian harinya. Sehingga kedatangannya ke Jakarta tidak sia-sia.

Setelah operasi, Sinta diharuskan menjalani kemoterapi, karena berdasarkan hasil rontgen sel tumor kemungkinan akan menyebar ke organ-organ lainnya. Sehingga kemoterapi diperlukan untuk meminimalkan, mencegah penyebaran lebih lanjut. Diharapkan dengan kemoterapi, sel yang mungkin menyebar bisa dieliminir.

“Sehingga Sinta tidak boleh putus kemoterapi,” kata Asep.

Hingga kini Sinta masih berada di RS Polri Kramatjati untuk menjalani kemoterapi. Tim dokter mempersilakan Sinta dan keluarga untuk memilih menjalani kemoterapi di Jakarta atau di Rembang.

Selama masa terapi, Sinta menggunakan kursi roda yang dihadiahi oleh Ketua Umum Bhayangkari Julianti Sigit Prabowo. Ke depan tim dokter juga sudah mempersiapkan kaki palsu untuk memudahkannya beraktivitas layaknya anak-anak seusianya.

Muhlisin, ayah Sinta berterima kasih atas perhatian Kapolri yang telah memenuhi keinginan putrinya untuk sembuh dari penyakit yang dideritanya.

“Saya berterima kasih kepada Pak Kapolri dan jajarannya yang sangat peduli sama keluarga saya. Sehingga anak saya bisa berobat dengan baik. Saya matur nuwun sanget atas semuanya. saya tidak bisa membalas apa-apa semoga kita ini panjang umur,” ujar Muhlisin.

Dalam video yang dibagikan lewat akun Twitter Kapolri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo pada tanggal 21 Februari, Sinta masih memegang kuat cita-citanya ingin menjadi anggota Polri.

Saat ditanya oleh petugas di rumah sakit, apa impian Sinta, gadis cilik itu menjawab mimpinya ingin naik helikopter. Selain itu, mimpi lainnya adalah menjadi Polisi. Alasannya, karena polisi di mata Sinta adalah sosok yang tegas dan senang membantu orang.

Setelah menjalani operasi dan pemulihan nutrisi maupun psikologis, Sinta juga menyampaikan ucapan terima kasihnya kepada Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo.

“Terima kasih bapak dan ibu, Kapolri sudah bikin Sinta sehat, kapan bapak dan ibu jenguk lagi,” kata Sinta dalam video tersebut.
Baca juga: RS Polri fokus lakukan pemulihan pascaoperasi Sinta Aulia
Baca juga: Sinta Aulia jalani operasi dua jam di RS Polri


Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2022