Jakarta (ANTARA News) - Prof. DR. Emil Salim mengatakan, Indonesia harus mampu menaikkan nilai tambah barang dan jasa untuk mengatasi dampak krisis global yang diprediksi mulai berpengaruh kepada ekonomi nasional pada 2012.

"Dengan menaikkan nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan maka persaingan tajam yang bakal terjadi pada tahun depan dapat dikendalikan," kata pakar ekonomi studi pembangunan itu kepada ANTARA News usai mengukuti seminar bertajuk "Global Economic Challenges and Its Impact on Indonesia", di Gedung Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Jakarta, Senin.

Menurut mantan Menteri Negara Lingkungan Hidup tersebut, menaikkan nilai tambah barang dan jasa akan sangat efektif memenangkan persaingan di pasar internasional.

Setidak-tidaknya barang Indonesia langsung diperbandingkan (head to head) dengan produk asal China, India, Vietnam, Thailand maupun Malaysia.

"Namun, hal yang harus kita perkuat adalah pada barang yang berasal dari sumber daya hayati, dan bahan tambang yang tidak semua negara seperti China memilikinya. Kita jangan lagi mengekspor barang atau produk konvensional, karena akan kalah bersaing," ujar Guru Besar Fakultas Ekonomi di Universitas Indonesia (FE UI) tersebut.

Ia menjelaskan bahwa krisis ekonomi global yang bersumber dari Amerika Serikat dan sejumlah negara di Eropa memiliki prespektif bahwa cepat atau lambat akan mengarah ke negara-negara di Asia.

Menurut dia, jika krisis tersebut terpapar ke negara-negara Asia, maka kemungkinan besar dampaknya akan terasa bagi Indonesia.

Oleh karena, menurut dia, pasar Asia diutarakan Emil yang juga mantan Menteri Lingkungan Hidup di era kabinet Orde Baru ini, merupakan pasar sangat besar.

Asia memiliki kekuatan daya beli (buying power) yang sangat besar, pertumbuhan ekonominya juga tinggi seperti China, India, dan Indonesia mencapai lebih enam persen.

"Akan tetapi, seberapa besar dampak krisis tersebut terhadap ekonomi Indonesia, sangat tergantung pada kemampuan kita mengelola krisis tersebut menjadi peluang," kata Emil.

Untuk itu Indonesia harus bisa mencari celah bagaimana pertumbuhan Asia yang cukup tinggi tersebut agar dimanfaatkan menjadi pasar ekspor produk-produk Indonesia dalam jumlah signifikan.

"Bottle neck" yang akan menghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia harus cepat diatasi dengan menguatkan nilai tambah barang dan jasa yang lebih efisien dan kompetitif," ujarnya.

Dalam kondisi seperti sekarang ini fokus investasi akan beralih dari Eropa dan Amerika Serikat ke Asia.

"Karena itu, di mana kita memiliki daya saing kuat, di sana kita hantam mereka," kata salah seorang peletak dasar perekonomian nasional era Orde Baru tersebut.

Untuk itu, tambah Emil, dibutuhkan koordinasi yang fokus dari semua kementerian, tidak hanya Kementerian Perdagangan tetapi secara holistik saling mendukung antar sektor sehingga dapat memenangkan kompetisi yang kiat ketat.

"Tidak hanya pemerintah pusat, pemerintah daerah juga harus terlibat karena sektor-sektor ekonomi penting banyak di daerah. Pasar sudah beralih ke Asia, sehingga investor makin banyak yang mengetuk pintu untuk masuk ke Indonesia," ujarnya menambahkan.
(T.R017/A026)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011