Jakarta (ANTARA) - Dokter Spesialis Penyakit Dalam dari Universitas Indonesia, dr. Bonita Effendi, B.MedSci, Sp.PD, M.Epid memberikan beberapa kiat bagi pasien gagal ginjal agar dapat berpuasa aman selama Ramadhan.

Bonita yang berpraktik di RS Pondok Indah – Puri Indah itu melalui surat elektroniknya kepada ANTARA menyebutkan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pasien salah satunya kecukupan minum atau hidrasi.

"Beberapa hal yang harus diperhatikan untuk menjalani puasa pada pasien dengan gagal ginjal seperti cukup minum atau cukup hidrasi," tulis dia.

Baca juga: Latihan dengan gerakan ringan direkomendasikan selama Ramadhan

Selain itu, pasien juga perlu menghindari makanan yang banyak mengandung kalium seperti pisang, kurma dan aprikot dalam jumlah banyak. Hal ini terutama untuk penderita gagal ginjal dengan dialisis atau cuci darah.

Di sisi lain, pasien disarankan memastikan dirinya patuh meminum obat sesuai petunjuk dokter dan memantau kondisinya terutama mereka dengan stadium gagal ginjal sedang sampai berat (lebih dari stadium 3).

"Perlu dipastikan kepatuhan terhadap obat dan hidrasi untuk setiap pasien. Pemantauan fungsi ginjal dan profil pemeriksaan penunjang seperti elektrolit harus dipantau," saran Bonita.

Perubahan tekanan darah yang dapat terjadi juga sebaiknya menjadi perhatian pasien selama berpuasa.

Dia mengingatkan, merujuk beberapa studi, sebelum berpuasa, pasien dengan gagal ginjal yang menjalani hemodialisis atau cuci darah sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter yang merawat. Hal ini, mengingat mereka berisiko mengalami dehidrasi saat berpuasa dan berisiko kelebihan cairan tubuh saat berbuka puasa.

"Selain itu, kadar insulin yang menurun juga berisiko tinggi menyebabkan peningkatan gangguan elektrolit terutama peningkatan kalium," demikian penjelasan Bonita.

Baca juga: Hal yang harus diperhatikan saat berolahraga usai berbuka puasa

Baca juga: Berbuka puasa diawali air putih jadi saran dokter

Baca juga: Pembagian karbohidrat sederhana dan kompleks selama Ramadhan

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2022