Jakarta (ANTARA) - Pameran "Asemic Sound Cycles" karya seniman Kanada Felix Antoine Morin menjadi instalasi seni di semester pertama 2022 yang dihadirkan oleh Komunitas Salihara Arts Center dengan menonjolkan kolase visual bunyi dan gambar.

Instalasi ini akan tersedia hingga 24 April 2022 dan bagi pecinta seni di kawasan Jabodetabek tentunya mengagumi karya ini dapat menjadi rekomendasi ngabuburit yang tepat dalam menjalani Bulan Suci Ramadhan.

Baca juga: Berkenalan dengan lukisan "Titik Berangkat" di Selaras Art Space

Dalam siaran pers Komunitas Salihara Arts Center, Selasa, dijelaskan pameran "Asemic Sound Cycles" secara ekslusif ditampilkan di Galeri Salihara agar masyarakat Indonesia bisa menikmati karya- karya dari sang seniman.

"Asemic Sound Cycles" memamerkan representasi bentuk musik berdasarkan repertoar komposisi yang digubah juga oleh Félix-Antoine Morin.
Instalasi utama Pameran "Asemic Sound Cycles" di Galeri Salihara karya Felix Antoine Morin. ANTARA/HO-Komunitas Salihara/Witjak Widhi Cahya/am.



Baca juga: Selaras Art Space hadirkan ruang pamer virtual untuk para seniman
Melalui konstruksi visual dan permainan ketukan, ia menciptakan hubungan antar bunyi dan mengubah nada-nada utama menjadi materi yang abstrak. Hasilnya adalah bentuk-bentuk karya yang puitis dan berirama dalam torehan-torehan grafis.

Karya media baru ini tidak hendak ditafsirkan dari sisi musikalitasnya dan pecinta seni dapat menikmati pengalaman estetik yang multitafsir berdasarkan keberagaman persepsi yang abstrak.

Di sisi yang lain Asemic Sound Cycles hendak menunjukkan sisi kepekaan musik dan gambar dari si seniman.

Selain torehan-torehan grafis, karya lain dalam pameran ini adalah instalasi yang terletak di tengah Galeri Salihara.

Terinspirasi oleh teknik “locked groove” yang ditemukan oleh Pierre Schaeffer pada pertengahan abad 20. Teknik tersebut hendak menjelaskan fenomena timbulnya bunyi saat jarum alat pemutar piringan hitam menyentuh alur-alur di piringan.
Salah satu instalasi Pameran "Asemic Sound Cycles" di Galeri Salihara. ANTARA/HO-Komunitas Salihara/Witjak Widhi Cahya/am.


Baca juga: Pameran Kembara Biru: Arungi langit, rehat sejenak dari layar digital
Dengan metode serupa, instalasi bunyi karya Morin terdiri dari sebuah mikrofon yang mengeluarkan reaksi bunyi terhadap benda-benda yang dilewatinya di sepanjang lantai.

Tentunya pameran sayang sekali untuk dilewatkan karena ini menjadi bagian dari tur pameran tunggal Morin yang sebelumnya telah dilaksanakan di Prancis, Meksiko, dan Turki.

Felix-Antoine Morin merupakan seniman yang mempelajari seni visual di Université du Québec à Montréal (UQAM) dan aransemen elektro akustik di Conversatory of Montreal.

Ia pernah memenangkan penghargaan JTTP pada tahun 2008 dan menerima penghargaan Joseph S. Stauffer dari dewan kesenian Kanada pada 2012. Karya-karyanya telah banyak dipamerkan di berbagai acara berskala nasional dan internasional.

Karya-karya Félix-Antoine Morin terinspirasi dari komposisi nada musik sakral dan tradisional yang banyak digunakan dalam berbagai ritual adat.

Ia menjelajahi bermacam kemungkinan dan menciptakan karya melalui berbagai medium sehingga eksekusi karya-karyanya dapat diterjemahkan menjadi mantra-mantra yang puitis.



Baca juga: Pameran Budaya dan Seni Heze Peony 2022 dimulai

Baca juga: Ini karya favorit Angela Tanoesoedibjo di Art Jakarta Gardens 2022

Baca juga: Pameran "Magister Raffaello" padukan seni dan multimedia

Pewarta: Livia Kristianti
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2022