Sarajevo (ANTARA News/Reuters) - Seorang pria bersenjata menembaki Kedutaan Besar AS di Bosnia, Jumat, dalam serangan 30 menit yang kata televisi pemerintah dilakukan oleh muslim garis keras dari negara tetangga, Serbia.

Pria bersenjata itu ditembak oleh polisi dan terluka selama serangan di pusat kota Sarajevo itu. Seorang polisi juga terluka serius dan pegawai-pegawai toko berhamburan untuk mencari tempat berlindung selama insiden itu.

Televisi Bosnia mengidentifikasi pria berjenggot yang membawa senapan serang Kalashnikov itu sebagai Mevlid Jasarevic (23), seorang warga Serbia dari kota Novi Pazar yang berpenduduk mayoritas muslim.

Menurut televisi itu, pria tersebut sedang mengunjungi masyarakat muslim garis keras di Bosnia utara.

Bosnia, yang terpecah antara penduduk-penduduk etnik Muslim, Kroasia dan Serbia pada 1992-1995 ketika Yugoslavia runtuh, dianggap sebagai sekutu kuat AS di kawasan Balkan.

Bakir Izetbegovic, anggota Muslim dari kepresidenan tripartit Bosnia, mengutuk serangan itu dengan mengatakan, AS adalah teman Bosnia.

"Pemerintah dan rakyat Amerika mendukung kita pada masa paling sulit sejarah kita, dan tidak ada orang yang berhak membahayakan hubungan antara kedua negara," katanya dalam sebuah pernyataan.

Seorang juru bicara kepolisian mengatakan, pria bersenjata itu dibawa ke rumah sakit untuk dirawat, namun luka-lukanya tidak mengancam jiwanya. Menurut petugas rumah sakit, pria itu mengalami luka-luka tembakan di kaki bagian atas.

"Dokter melakukan tindakan medis dan pria itu diperkirakan dibawa keluar dari rumah sakit dengan pengawalan polisi dalam dua hingga tiga jam mendatang," kata juru biara rumah sakit Biljana Jandric.

Tidak ada orang yang terluka di Kedubes AS selama penembakan itu.

Juru bicara kepolisian Irfan Nefic mengatakan, satu polisi terluka dalam penembakan itu, dan polisi yakin orang bersenjata itu bertindak sendirian, namun penyelidikan masih dilakukan.

Kedubes AS di Sarajevo, kota berpenduduk mayoritas muslim, ditutup sesaat pada Maret 2002 dengan alasan ada ancaman keamanan, namun bangunan itu belum pernah diserang sebelumnya. (M014)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011