Denpasar (ANTARA News) - Angin berembus tidak begitu kencang di bawah pohon kopi daerah pegunungan Busungbiu, Kabupaten Buleleng yang berbatasan dengan Tabanan, menambah keakraban tiga-empat petani yang beristirahat setelah menikmati santap siang.

Mereka beristirahat setelah membersihkan sela-sela tanaman kopi, berdiskusi ringan untuk bersama-sama mencari alternatif meningkatkan pendapatan, sehubungan semakin besarnya kebutuhan hidup sehari-hari, termasuk membiayai kelangsungan pendidikan bagi putra-putrinya.

Petani dalam satu kelompok diskusi kecil yang berbeda latarbelakang agama dan kepercayaan, yakni Islam dan Hindu itu mengadakan dialog secara terbuka untuk pengembangan ternak kambing, sebagai alternatif meningkatkan pendapatan.

Keinginan petani kopi di Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng, 110 km barat laut Denpasar untuk mengembangkan ternak kambing mendapat respon positif dari Gubernur Bali Made Mangku Pastika dengan memberikan bantuan bibit kambing jenis unggul.

Pemerintah provinsi Bali membantu 176 ekor bibit kambing jenis unggul kepada kelompok ternak yang menghimpun diri dalam empat sistem pertanian terintegrasi (Simantri) tahun 2011, tutur Kepala Dinas Peternakan Provinsi Bali I Putu Sumantra.

Keempat Simantri itu terdiri atas tiga unit di Kabupaten Buleleng dan satu unit di Kabupaten Tabanan, masing-masing Simantri mendapat bantuan 40 ekor bibit kambing betina dan empat ekor kambing pejantan, dengan harapan bibit tersebut berkembang biak, sehingga populasi kambing terus meningkat.

Jauh sebelumnya Dinas Peternakan setempat bekerja sama dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bali juga merespon keinginan petani kopi itu untuk mengembangkan ternak kambing, karena usaha tersebut mempunyai prospek cerah.

Selain meningkatkan kesejahteraan petani, juga mampu menyediakan mata dagangan kambing dalam jumlah yang memadai, yang selama ini Bali masih mengalami kekurangan sehingga mendatangkan kambing dari sejumlah daerah di Jawa Timur.

Ir Suprio Guntoro dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali, pernah melakukan penelitian terhadap pengembangan ternak kambing di sejumlah desa-desa di Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng, daerah pesisir utara Pulau Bali.

Penelitian yang dilakukan tahun 2004 itu menunjukkan, lahan di bawah tanaman kopi sangat baik untuk pengembangan ternak kambing yang sanggup meningkatkan pendapatan petani dua kali lipat setiap tahunnya, dibandingkan hanya mengembangkan tanaman kopi atau jenis tanaman produktif lainnya.

Keterpaduan pemeliharaan ternak kambing-kopi dirintis sejak awal 2005 yang ternyata mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, disamping lebih meningkatkan keakraban umat Islam-Hindu di Bali.

Keterpaduan pemeliharaan kambing dan tanaman kopi yang dirintis petani Busungbiu, Kabupaten Buleleng itu sejalan dengan upaya Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bali mengembangkan dialog dan memantapkan kerja sama lintas agama, sebagai upaya memantapkan kerukunan yang selama ini mesra dan harmonis, hidup berdampingan satu sama lainnya di Pulau Dewata.

Agama Islam masuk wilayah Kabupaten Buleleng, bekas pusat ibu kota Sunda Kecil yang wilayahnya meliputi Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur, pada tahun 1587 dibawa oleh tiga orang umat Islam dari Jawa yang menjadi pengantar gajah hadiah Dalem Solo.

Pusat Islam tertua di Bali utara menurut Ketut Ginarsa dan Suparman Hs yang ikut menyusun buku sejarah masuknya agama Islam ke Bali, adalah Banjar Jawa yang kemudian menyebar ke daerah sekitarnya antara lain Pegayaman.

Pendapatan berlipat Ganda
Ir Suprio Guntoro yang melakukan penelitian dan pengkajian terhadap keterpaduan pemeliharaan ternak kambing-tanaman kopi di Kecamatan Busungbiu mengungkapkan, selain meningkatkan keakraban petani dari berbagai latarbelakang suku dan agama, juga mampu meningkatkan pendapatan petani berlipat ganda.

Petani yang menggarap satu hektare tanaman kopi, awalnya hanya berpenghasilan Rp10 juta per tahun. Namun dengan memelihara sepuluh hingga 12 ekor kambing induk pendapatannya bertambah menjadi Rp21 juta setiap tahunnya atau dua kali lipat.

Petani desa untuk meraup penghasilan yang lumayan besar itu tidak perlu susah-susah mencari hijauan pakan ternak untuk kambing piaraannya. Rumput yang tumbuh dan daun dadap sebagai tanaman peneduh menjadi hijauan makanan ternak kambing sehari-hari.

Kambing induk yang dipelihara itu setiap dua tahun mempunyai tiga anak, sehingga 12 ekor induk setiap tahun akan melahirkan 18 ekor. Setelah dipelihara delapan-sembilan bulan, laku seharga Rp 1 juta/per ekor.

Kambing jenis unggul itu selain dagingnya gurih juga menghasilkan susu yang dapat memberikan nilai lebih. Dampak positif lainnya yang dapat dinikmati petani, adalah kemudahan tidak membeli pupuk untuk menyuburkan tanaman kopi, karena bisa memanfaatkan kotoran maupun air kencing kambing ternak piaraan.

Pemupukan lahan kopi seluas satu hektare, petani perlu pemeliharaan ternak kambing sepuluh hingga 12 ekor. Hal itu sudah dilakukan petani kopi di Desa Sepang dan Desa Tista, Kabupaten Buleleng.

Berkat keterpaduan pemeliharaan ternak kambing-tanaman kopi, sekaligus mampu meningkatkan populasi kambing, sekaligus Bali mampu memenuhi kebutuhan sendiri, tanpa harus lagi mendatangkan dari Jawa Timur untuk kebutuhan sehari-hari maupun hari raya besar keagamaan.

Populasi kambing di Bali selama ini tercatat 100.000 ekor, diharapkan bisa meningkat berlipat ganda pada tahun-tahun mendatang.

Pengembangan ternak kambing menurut Kepala Dinas Peternakan Bali Putu Sumantra hanya dilakukan di daerah-daerah tertentu, berbeda halnya dengan pemeliharaan ternak sapi yang hampir merata di pelosok pedesaan Bali.

Program keterpaduan itu kini dikembangkan dengan sasaran lebih luas yakni pengembangan ternak sapi, kambing dengan seluruh komoditi pertanian maupun perkebunan dalam sistem pertanian terintegrasi, sebagai upaya mewujudkan pembangunan pertanian ramah lingkungan.

Dengan demikian untuk menyuburkan lahan petani tidak lagi tergantung pada pupuk kimia (anorganik), namun cukup memanfaatkan pupuk organik dari bahan limbah kotoran ternak maupun limbah pertanian lainnya.

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali yang membangun Sistem Pertanian Terintegrasi (Simantri) dengan sasaran 350 unit, namun hingga kini baru terealisasi 250 unit tersebar di delapan kabupaten dan satu kota di Bali juga diharapkan menjadi sumber bibit sapi dan kambing.

Dengan adanya pusat pembibitan ternak kambing dan sapi bali yang tersebar di delapan kabupaten dan satu kota Bali diharapkan populasinya terus meningkat, sekaligus keberadaan sapi bali tetap dapat dilestarikan dan dikembangkan di Pulau Dewata, harap Putu Sumantra.
(I006)

Oleh I ketut sutika
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011