Kemenkes sudah membantah informasi terkait dengan vaksin COVID-19 merupakan penyebab hepatitis akut.
Jakarta (ANTARA) - Anggota Komisi IX DPR RI Rahmad Handoyo mengapresiasi langkah pemerintah dalam upaya mencegah penyakit hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya.
 
"Penunjukan Rumah Sakit Sulianti Saroso sebagai rumah sakit rujukan dan Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia sebagai tempat pemeriksaan spesimen sudah tepat," kata Rahmad dalam keterangannya di Jakarta Selasa.
 
Rahmad mengatakan bahwa hepatitis akut sudah menjadi penyakit luar biasa di berbagai negara, di Indonesia pun sudah ada terdeteksi. Data Kementerian Kesehatan menyebutkan sampai saat ini sudah ada empat kasus dugaan penularan hepatitis akut.
 
Ia mengajak masyarakat tidak berasumsi terkait dengan penyebab hepatitis akut.

"Saya juga mengajak masyarakat mengikuti kebijakan pemerintah. Saya pikir kita serahkan kepada ahlinya terkait dengan penyebab dan bagaimana pengobatannya," kata dia.
 
Menurut Rahmad, keputusan pemerintah menerbitkan surat edaran kewaspadaan ke dinas kesehatan di seluruh kabupaten/kota sudah tepat agar masyarakat tidak panik. Namun, terus meningkatkan kewaspadaan dan hati-hati. Masyarakat harus mempelajari gejala dan langkah pencegahan hepatitis akut.
 
"Ikuti anjuran pemerintah. Segera ke rumah sakit bila ada gejala berat terpapar hepatitis agar potensi tertolong makin besar," kata Rahmad.
 
Kemenkes telah meningkatkan kewaspadaan dalam 2 minggu terakhir usai WHO menyatakan kasus hepatitis akut yang menyerang anak-anak ini sebagai kejadian luar biasa (KLB). Penyebab penyakit ini masih dalam penelitian para ahli.
 
Di dunia maya sempat beredar informasi bahwa vaksin COVID-19 merupakan penyebab hepatitis akut. Kemenkes sudah membantah informasi tersebut.
 
"Itu tidak benar. Kejadian saat ini tidak ada bukti berhubungan dengan vaksinasi COVID-19," kata Lead Scientist kasus ini Hanifah Oswari.
 
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengajak masyarakat mencegah penularan infeksi dengan rajin mencuci tangan pakai sabun atau cairan disinfektan.
 
IDAI juga mengajak masyarakat meminum air bersih yang matang, makan makanan bersih dan matang sepenuhnya, membuang tinja atau popok sekali pakai pada tempatnya, menggunakan alat makan sendiri-sendiri, memakai masker, dan menjaga jarak.
 
Untuk deteksi dini, kata Ketua Umum IDAI Piprim B. Yanuarso, apabila menemukan anak-anak dengan gejala, seperti mual, muntah, diare, nyeri perut, kuning pada mata, penurunan kesadaran, kejang, lesu, dan demam tinggi, agar diperiksa di fasilitas pelayanan kesehatan terdekat.

Baca juga: Kasus hepatitis misterius di Sumbar masih diteliti

Baca juga: Misinformasi! Pesan berantai Kemenkes guna antisipasi hepatitis akut

Pewarta: Boyke Ledy Watra
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2022