London (ANTARA News/AFP) - Harga minyak dunia kembali turun Kamis ini meskipun OPEC menyatakan akan menurunkan lagi outputnya demi menggairahkan lagi pasar energi dunia setelah dihantam melemahnya permintaan energi menyusul kemerosotan ekonomi global.

Kontrak minyak mentah "light sweet" New York untuk pengiriman bulan Maret terpangkas 1,07 dolar AS menjadi 41,09 dolar AS per barel.

Minyak mentah Brent Laut Utara untuk pengapalan Maret juga jatuh 54 sen menjadi 46,36 dolar AS di pasar energi London, InterContinental Exchange.

"Harga minyak mentah masih berada di bawah kisaran normal, dengan harga tetap riskan oleh dampak jatuhnya tingkat permintaan yang lebih dalam lagi," kata analis Sucden Financial, Brenda Sullivan.

Para anggota OPEC ingin membentuk harga minyak diatas 50 dolar AS untuk membuat ekspor tampak layak, kata Sekretaris Jenderal OPEC Abdalla Salem El-Badri seraya menambahkan bahwa pemotongan produksi lebih besar lagi masih dimungkinan tahun ini.

"Kami tidak senang dengan (harga minyak) 40, bahkan 50 dolar AS per barel," kata Abdalla kepada sebuah panel diskusi keamanan energi di Forum Ekonomi Dunia, Davos.

Bahkan harga 50 dolar AS tidak menjamin pendapatan yang pantas untuk negara-negara OPEC sehingga harga seharusnya di atas 50 dolar AS mengingat harga sebesar itu tidak memungkinkan OPEC untuk berinvestasi lagi, papar Abdalla.

Saat ditanya pemangkasan produksi lebih dalam lagi, Abdalla menjawab, "Jika kami tetap menghadapi masalah penurunan (harga minyak), OPEC tidak akan ragu-ragu menarik kembali jumlah pasokan minyak dari pasar. Kami belum bisa mengatakannya saat ini sebelum pertemuan kami pada 15 Maret."

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak memompakan 40 persen kebutuhan minyak dunia dan tahun lalu memangkat outputnya menjadi total 4,2 juta barel per hari setelah harga minyak dunia jatuh dari rekor tertingginya 147 dolar AS yang dicapai Juli 2008.

Harga minyak naik Rabu lalu terdorong oleh harapan pulihnya perekonomian dunia sebagai dampak dari menaiknya kebutuhan minyak mentah dari sektor riil AS dan proyeksi buram perekonomian global dari Dana Moneter Internasional (IMF), kata para pialang energi.

Administrasi Informasi Energi (EIA) yang bernaung dibawah Pemerintahan AS mengungkapkan bahwa cadangan minyak mentah dunia melonjak 6,2 juta barel dalam seminggu sampai 23 Januari 2009, yang mencapai dua kali lebih banyak dari perkiraan pasar, sekaligus mengindikasikan melemahnya permintaan.

Cadangan solar dan bensin merangsek 100.000 barel, sedangkan bahan bahar sulingan termasuk bahan bakar pemanas dan diesel, jatuh sampai sejuta barel.

Berdasarkan fakta meningkatnya cadangan minyak mentah sampai sekitar 4 juta barel yang disimpan di kawasan Gulf Coast, AS, sejumlah pakar memperkirakan akan ada pengurangan suplai yang akibatnya menaikan kembali harga minyak.

Sementara itu, IMF Rabu lalu memotong prediksi pertumbuhan ekonominya dengan memperkirakan krisis keuangan yang buruk akan menekan pertumbuhan ekonomi global ke tingkat terendah dalam enam dekade terakhir. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009