tidak hanya difokuskan di wilayah-wilayah dengan angka stunting yang tinggi, namun harus merata di seluruh daerah Indonesia
Jakarta (ANTARA) - Ketua Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) Arif Hidayat mengatakan edukasi gizi tidak bisa hanya fokus pada wilayah dengan angka stunting yang tinggi tetapi harus merata.

“Pada dasarnya edukasi gizi seharusnya tidak hanya difokuskan di wilayah-wilayah dengan angka stunting yang tinggi, namun harus merata di seluruh daerah Indonesia,” ujar Arif dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa.

Edukasi gizi itu harus dilakukan secara menyeluruh, seluruh kader dan penyuluh kesehatan masyarakat harus memiliki pengetahuan mengenai gizi keluarga, dilakukan secara terus-menerus.

“Ini adalah cara yang efektif untuk memutus mata rantai gizi buruk di Indonesia,” tegas Arif.

Baca juga: MenPPPA: Harganas 2022 momentum perkuat komitmen cegah stunting

YAICI melakukan kolaborasi dengan PP Aisyiyah dalam rangka mendukung percepatan penurunan stunting hingga 14 persen yang menjadi prioritas pemerintah pada 2024.

YAICI bersama dengan Pimpinan Wilayah Aisyiyah melakukan edukasi gizi di Sumatera Utara beberapa waktu lalu. Dalam kesempatan itu, Plt Bupati Langkat, Syah Afandin, menyambut baik edukasi tersebut.

“Besar harapan kami dapat membantu program penurunan stunting yang sudah ada di Kabupaten Langkat. Karena itu dari kita juga harus bantu, Dinkes dan PPKB bisa berkoordinasi, karena ini (penurunan stunting) memang harus dikerjakan bersama-sama,” jelas Syah Afandin.

Baca juga: Hampir seribu kader bantu tekan tekan stunting di Jayawijaya

Lebih lanjut, Syah Afandin juga menyoroti konsumsi kental manis yang menjadi salah satu pemicu persoalan gizi di masyarakat.

Ketua bidang advokasi YAICI Yuli Supriati menjelaskan kunjungan rumah dilakukan untuk menggali pola konsumsi keluarga dan pengetahuan masyarakat mengenai gizi anak.

“Di masing-masing wilayah, kami berinteraksi dengan kader Posyandu dan juga ibu-ibu dengan balita. Dengan cara ini kita mendapatkan gambaran kebiasaan-kebiasaan masyarakat setempat yang mempengaruhi kecukupan gizi anak,” jelas Yuli. 

Baca juga: BRIN lakukan riset pangan mi bergizi cegah kekerdilan

Baca juga: BKKBN buka peluang kerja sama dunia untuk mengatasi stunting


Pewarta: Indriani
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2022