Potensi ekonomi sirkular sangatlah besar. Di Indonesia sendiri, pendekatan sirkular dapat menghasilkan tambahan keseluruhan PDB sebesar 593.638 triliun rupiah.
Labuan Bajo, NTT (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebutkan bahwa penerapan sistem ekonomi sirkular dapat membawa manfaat besar bagi perekonomian Indonesia, termasuk bagi produk domestik bruto (PDB).

“Potensi ekonomi sirkular sangatlah besar. Di Indonesia sendiri, pendekatan sirkular dapat menghasilkan tambahan keseluruhan PDB sebesar 593.638 triliun rupiah,” kata Airlangga saat membuka seminar “Blue, Green, and Circular Economy: The Future Platform for Post-Pandemic Development”.

Seminar tersebut merupakan bagian dari rangkaian pertemuan sherpa G20 kedua yang diselenggarakan di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, Rabu.

Baca juga: Menkeu Sri Mulyani proyeksi defisit APBN 2022 hanya 3,92 persen PDB

Ekonomi sirkular merupakan sistem ekonomi yang melibatkan strategi seperti rancangan yang inovatif, memperbaharui, meningkatkan dan mendaur ulang sampah dalam rantai pasok guna menjaga nilai produk komponen, dan bahan-bahan untuk waktu yang lama.

Hal tersebut kemudian dapat menekan tingkat konsumsi dan emisi gas rumah kaca.

Menurut Airlangga, ekonomi sirkular merupakan bagian penting dalam mendukung tujuan berkelanjutan dengan mengeliminasi sampah dan polusi dari sistem ekonomi.

Secara global, ekonomi sirkular memberikan alternatif yang dapat membawa manfaat ekonomi sebesar 4,5 triliun dolar AS pada tahun 2030.

Bagi Indonesia, selain terhadap PDB, penerapan ekonomi sirkular juga dapat mengurangi sampah di masing-masing sektor sebesar 18-52 persen dan mengurangi emisi CO2 sebesar 126 juta ton, serta penggunaan air sebesar 6,3 miliar meter kubik.

Baca juga: Airlangga tegaskan penyediaan minyak nabati global harus holistik

Selain itu, 4,4 juta pekerjaan net kumulatif juga dapat tercipta, berbarengan dengan penyimpanan rumah tangga tahunan (annual household savings) sebesar hampir 9 persen dari anggaran mereka, yakni sebesar 4,9 juta per tahun, pada 2030.

Meski demikian, Airlangga menggarisbawahi bahwa hingga hari ini hanya 8,6 persen ekonomi di dunia yang telah menerapkan pendekatan sirkular.

“Ini mengindikasikan bahwa masih banyak yang harus dilakukan,” ujarnya.

Selain terkait ekonomi sirkular, Airlangga juga membahas pentingnya penerapan ekonomi biru dan hijau guna menjaga keseimbangan konservasi alam.

Baca juga: Pertemuan Sherpa ke-2 bahas isu prioritas ekonomi digital

Pertemuan Sherpa G20 kedua diselenggarakan di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, mulai 10 hingga 13 Juli.

Pada hari keempat, Rabu, para peserta mengikuti seminar terkait ekonomi hijau, biru, dan sirkular, menyusul perjalanan mereka menjelajahi Pulau Messah, Taman Nasional Komodo, dan Pulau Padar, NTT, pada Rabu (12/7).

Pewarta: Aria Cindyara
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2022