London (ANTARA) - Euro melanjutkan penurunannya dari level tertinggi lebih dari dua minggu pada Jumat, karena data aktivitas bisnis yang mengecewakan dari Prancis dan Jerman mendorong mata uang tunggal lebih rendah, sehari setelah Bank Sentral Eropa (ECB) menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya sejak 2011.

Aktivitas bisnis Jerman secara tak terduga menyusut pada Juli, sementara aktivitas manufaktur Prancis berkontraksi dan pertumbuhan jasa-jasa melambat, survei manajer pembelian (PMI) awal menunjukkan.

Para analis mengatakan euro sedang kesulitan karena ekonomi zona euro tampaknya menuju resesi.

"Ekonomi AS melambat tetapi Eropa melambat lebih cepat. Itulah alasan mengapa pasar valas terus membebani euro," kata Viraj Patel, ahli strategi makro di Vanda Research.

Euro telah sedikit lebih rendah karena alat baru ECB untuk melindungi negara-negara berutang dari melonjaknya biaya pinjaman, yang diumumkan pada Kamis (21/7/2022), gagal untuk mengesankan investor, dengan banyak yang khawatir tentang kurangnya detail dan kondisi yang dapat mempersulit negara-negara seperti Italia untuk menggunakannya.

Para analis juga mengatakan penghapusan pedoman ke depan ECB pada suku bunga dapat membuat bank sentral lebih bergantung pada data.

"Mungkin ECB dapat meningkatkan kenaikan lagi pada September tetapi menilai dari arah perjalanan ekonomi Eropa, saya tidak berpikir mereka akan dalam bentuk atau bentuk apa pun untuk berbicara tentang kenaikan suku bunga pada Desember atau awal tahun depan," Patel menambahkan.

Pada pukul 08.28 GMT, euro turun 0,8 persen menjadi 1,0152 dolar, mundur lebih jauh dari puncak Kamis (21/7/2022) di 1,0279 dolar menyusul kenaikan suku bunga 50 basis poin ECB yang besar dan kuat.

Indeks dolar - yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, dengan euro yang paling tertimbang - terakhir naik 0,52 persen menjadi 107,17, menyusul penurunan 0,34 persen pada Kamis (21/7/2022).

Untuk minggu ini, indeks dolar masih turun 0,79 persen, penurunan terbesar sejak 29 Mei dan penurunan minggu pertama dalam empat minggu, karena data AS yang mengecewakan meredam ekspektasi kenaikan besar 100 basis poin dari Federal Reserve minggu depan.

Pedagang sekarang menempatkan peluang 83,7 persen pada Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) menaikkan suku sebesar 75 basis poin pada 27 Juli, dengan kemungkinan 16,3 persen kenaikan poin penuh.

Di tempat lain, sterling turun 0,4 persen menjadi 1,1955 dolar, memangkas kenaikannya untuk minggu ini menjadi 0,72 persen, masih terbesar sejak akhir Mei.

Dolar rebound 0,2 persen menjadi 137,60 yen dengan mata uang Jepang di jalur untuk kenaikan mingguan pertama terhadap greenback dalam delapan minggu.

Dolar Australia yang sensitif terhadap risiko turun 0,2 persen menjadi 0,69225 dolar AS dan dolar Selandia Baru juga tergelincir 0,2 persen menjadi 0,62395 dolar AS.

Baca juga: Saham global sedikit menguat, aktivitas bisnis lemah pukul euro

Baca juga: Euro menguat atas dolar, dipicu naiknya bunga ECB lebih cepat

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022