Jakarta (ANTARA) - Sekilas tidak ada yang berbeda saat melewati rumah di permukiman penduduk di pinggir kali, tepatnya di kawasan Jalan Lenteng Agung Nomor 32 RT 07/RW01 Lenteng Agung, Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Namun saat menuruni tangga menuju ke bawah kali, mata akan tertuju pada salah satu rumah dengan dapur dan tempat cuci baju serta piring yang terbuka di depan.

Teras rumah itu terlihat sempit karena berdempetan dengan rumah lain. Gang kecil yang hanya muat dua orang untuk lewat tersebut tampak kumuh.

Namun seorang ibu bernama Khodijah itu tampak leluasa melakukan segala aktivitasnya. Ia sudah terbiasa memasak di dapurnya yang terbuka di bagian depan rumah.

Ketiga anak perempuannya pun dengan ceria berlarian di depan rumah yang temboknya lembap penuh jamur dengan catnya sudah mulai rapuh termakan usia.

Saat memasuki rumah sederhana itu, cahaya begitu remang lantaran tak ada jendela dan atap ditutup penuh dengan seng yang terlihat berkarat.

Pembatas antara ruang tengah dengan kali yang berada di belakang rumah hanya ditutup sehelai kain yang ditempelkan di dinding layaknya pintu.

Kabel-kabel elektronik digantung bebas menjuntai dan menghalangi saat berjalan melewatinya.

Selain itu, kamar mandi terlihat hanya ada closet jongkok dengan berlantaikan semen yang sudah kumuh.

Rumah ini menjadi saksi bisu perjuangan Khodijah dan suaminya, Yulianto untuk menghidupi keluarga selama bertahun-tahun.

Sehari-harinya Yulianto bekerja sebagai sopir angkutan umum rute Depok-Pasar Minggu yang penghasilannya tak menentu.

Namun semua itu tentu diupayakan untuk bisa menyambung hidup bersama sang istri dan ketiga anaknya yang masih kecil. Anaknya yang pertama pun masih Kelas 6 Sekolah Dasar (SD).

Khodijah pun turut menambah penghasilan keluarga dengan bekerja sebagai tukang cuci baju bagi warga yang membutuhkan. Penghasilan sebanyak Rp70 ribu per hari tak dikeluhkannya malah membuatnya bersyukur untuk segala rezeki yang diberikan Yang Maha Kuasa.

Baca juga: Baznas-Bazis Jaksel targetkan bedah rumah 107 unit pada 2022
Baca juga: Program bedah rumah di Jagakarsa bangun kembali rumah sopir angkot


Salah satu penerima manfaat mengabadikan momen di depan rumah bedah, Jakarta, Jumat. (22/07/2022) (ANTARA/Luthfia Miranda Putri)
Didatangi "tamu"
Rumah yang berhadapan langsung dengan kali ini bukan tak mungkin didatangi "tamu" yang tidak diinginkan.

Beberapa kali kejadian ada ular yang berasal dari kali masuk ke dalam rumah. Tak hanya satu, bahkan tujuh ekor ular sanca pernah mendatangi kediaman tersebut.

"Bukan gak bersyukur ya cuma emang gak layak. Ada ular sanca masuk, jadi sering didatengi binatang gitu. Mungkin karena lembab dan kumuh ya," kata Khodijah.

Perempuan 37 tahun ini sering kali meminta tolong bantuan warga sekitar saat ada ular yang memasuki rumahnya. Apalagi, tak hanya lewat dari bawah lantai namun ular juga pernah jatuh dari atas rumah hingga menjalar ke tubuh.

Warga turut prihatin dengan keadaan Khodijah, walaupun ia mengaku sudah terbiasa dengan hal tersebut. Apalagi mereka khawatir ketiga anaknya yang masih kecil ikut diserang ular.

"Khawatir banget anak-anaknya masih kecil diserang ular," kata salah satu pengurus Kelurahan Lenteng Agung, Amel.

Warga pun saat itu hanya bisa membantu menolong Khodijah dengan menangkap dan mematikan ular yang mengganggu.

Baca juga: Pemkot beri bantuan Rp50 juta bagi pemilik rumah yang dibedah
Baca juga: Baznas Jaksel kucurkan Rp150 juta untuk renovasi rumah di Jagakarsa


Camat Jagakarsa Santoso resmikan program bedah rumah milik sopir angkot, Jakarta, Jumat. (22/07/2022) (ANTARA/Luthfia Miranda Putri)
Banyak pihak
Keadaan dan kejadian tersebut membuat Hamzah, Ketua RW setempat dan warga lainnya tergerak hatinya untuk menolong Khodijah agar memiliki rumah yang layak huni di tahun 2022.

Pak RW kemudian mendaftarkan Khodijah sebagai penerima manfaat program bedah rumah yang didanai oleh Badan Amil Zakat Nasional dan Badan Amil Zakat Infaq Sodaqoh (Baznas-Bazis) Jakarta Selatan.

Dari sekian banyak rumah yang diajukan, rrumah milik Khodijah yang beruntung terpilih untuk dibangun kembali agar keluarga ini hidup yang lebih layak.

Pengerjaan selama satu bulan setengah lamanya dengan bantuan dana dari Baznas-Bazis Jakarta Selatan senilai Rp50 juta dan tambahan dari donasi warga yang ingin membantu.

Adapun pembangunan ini dikerjakan oleh dua orang tukang bangunan yang dibantu oleh pihak Dinas Perhubungan.

Camat Jagakarsa, Santoso memilih untuk membangun rumah Khodijah kembali mulai dari awal daripada membedah rumahnya agar hasilnya lebih maksimal.

Pada Jumat (22/7) lalu menjadi momen Camat Jagakarsa meresmikan rumah layak huni bagi Khodijah dan keluarganya yang disaksikan oleh perangkat pemerintah Kota Jakarta Selatan dan warga sekitar.

Baca juga: Pemkot Jaksel serahkan bantuan bedah rumah Baznas DKI
Baca juga: Baznas Jaksel bedah 68 rumah tidak layak huni


Pelaksana Tugas Wali Kota Jakarta Selatan Isnawa Adji (empat dari kiri) menyerahkan bantuan bedah rumah dari Baznas Bazis DKI kepada penerima bantuan di Lenteng Agung, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Rabu (17/3/2021). (ANTARA/HO- Sudin Kominfotik Jakarta Selatan)
Bersyukur
Akhirnya rumah yang luasnya 30 meter persegi (m2)  ini menjadi layak huni bagi keluarga Khodijah dan Yulianto sebagai penerima manfaat program bedah rumah.

Kini rumah tersebut sudah memiliki dua kamar tidur, satu kamar mandi dan satu dapur yang nyaman untuk dipakai bersama.

Pintu yang sebelumnya ditutupi kain kini sudah diganti pintu kayu sehingga tidak mudah binatang masuk ke dalam rumah.

Halaman belakang yang terhubung dengan sungai juga sudah ditumpuk dengan karung pasir sehingga rumah bisa lebih tinggi dari sungai.

Khodijah bersyukur dan merasa tenang rumahnya menjadi layak huni bagi keluarganya. 
Dia tak perlu takut lagi ada binatang dan bisa nyaman memakai dapur di dalam rumah.

"Alhamdulillah Pak RW, Pak Lurah, semuanya mau bantu jadi Alhamdulillah," tuturnya sambil tersenyum.

Rumah yang dulunya kumuh sekarang sudah layak huni dengan bantuan Baznas-Bazis Jakarta Selatan dan beberapa elemen lainnya. Senyum cerah dari keluarga Khodijah tergambar menanti masa depan yang lebih baik.

Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2022