Jakarta (ANTARA) - Dokter Penyakit Dalam di Rumah Sakit St. Carolus Salemba Robert Sinto mengatakan cacar monyet atau Monkeypox saat ini merupakan mutasi baru dari jenis cacar lama yang menjadi endemik di Afrika.

"Laporan saat ini memang ada titik mutasi baru jika dibandingkan dengan tahun 2018-2019," kata Robert Sinto dalam konferensi pers virtual perkembangan Monkeypox yang diikuti dari YouTube Kemenkes di Jakarta, Rabu.

Monkeypox atau cacar monyet kini telah ditetapkan sebagai darurat kesehatan global setelah ditemukan di 75 negara dengan total kasus 16 ribu lebih pasien.

Menurut Robert, cacar monyet sebenarnya bukan penyakit baru seperti COVID-19, bahkan telah menjadi epidemi di negara Afrika dan sekitarnya sejak 1970.

Baca juga: Kemenkes: Demam tinggi dan benjolan lipatan kulit ciri khas Monkeypox

Baca juga: Kemenkes waspadai importasi Monkeypox dari negara tetangga

Namun, terdapat perbedaan tampilan klinis pada cacar monyet yang dilaporkan sejak Mei 2022 dengan jenis yang ditemukan di Afrika pada 1970.

Robert mengatakan mutasi pada cacar monyet hingga menghasilkan varian dan subvarian baru memungkinkan bisa terjadi selama berkembang biak dalam inangnya.

Bahkan, setelah tiga bulan dilaporkan telah ditemukan kurang lebih 50 ribu titik baru mutasi cacar monyet yang kemungkinan bisa berkembang menjadi varian baru.

"Kalau dilihat, ada perbedaan, bisa jadi yang ini adalah varian baru hasil mutasi," katanya.

Robert mengatakan hal itu tetap harus dilakukan penelitian lebih lanjut untuk pembuktian secara ilmiah.*

Baca juga: Ahli: Penguatan surveilans penting guna cegah persebaran cacar monyet

Baca juga: Meksiko konfirmasi 60 kasus cacar monyet

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022