London (ANTARA) - Pemerintah Selandia Baru akan membuat perubahan sementara pada aturan keimigrasian, kata seorang menterinya pada Minggu.

Kebijakan tersebut diambil untuk menarik minat warga asing dengan skema liburan sambil bekerja, ketika sektor bisnis di negara itu menghadapi kesulitan mencari pekerja.

Seperti di banyak negara lain, kekurangan pekerja telah mendorong kenaikan upah di Selandia Baru.

Akibatnya, bank sentral berjuang menahan laju inflasi, salah satunya dengan menaikkan suku bunga pada pekan lalu ke level tertinggi sejak September 2015.

"Aturan-aturan ini adalah untuk memberikan bantuan segera kepada sektor usaha yang paling terdampak oleh kekurangan pekerja secara global," kata Menteri Imigrasi Michael Wood dalam sebuah pernyataan.

Dia menambahkan bahwa skema liburan ditargetkan untuk mendatangkan jumlah pekerja dua kali lebih banyak.

Langkah-langkah lainnya mencakup pelonggaran aturan upah bagi migran terampil di beberapa sektor, seperti panti wreda, konstruksi dan infrastruktur, pengolahan daging, makanan laut, dan wisata petualangan.

Masa berlaku visa bagi warga asing yang ingin berlibur sambil bekerja di Selandia Baru akan ditambah enam bulan, kata Wood.

"Masalah tenaga kerja terjadi di berbagai level keterampilan dan sektor," katanya. "Selandia Baru tidak sendiri dalam hal ini."

Berbagai aturan baru tersebut muncul ketika pada kuartal kedua tingkat pengangguran mencapai 3,3 persen dan upah meningkat 3,4 persen, yang merupakan kenaikan tercepat dalam 14 tahun.

Pekan lalu, Bank Sentral Selandia Baru menaikkan suku bunga resmi sebanyak 50 basis point menjadi 3,0 persen.

Kenaikan itu menjadi yang ketujuh secara berturut-turut untuk meredam inflasi.

Sumber: Reuters

Baca juga: Selandia Baru luncurkan visa khusus baru bagi investor asing

Baca juga: Perbatasan Selandia Baru dibuka lagi setelah ditutup selama pandemi

 

Inflasi tahunan Selandia Baru capai level tertinggi dalam 32 tahun

Penerjemah: Anton Santoso
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2022