Jakarta (ANTARA) - Tahun ini, bisa dipastikan Indonesia akan beralih dari siaran televisi terestrial analog ke digital, tonggak baru di dunia penyiaran Indonesia.

Kementerian Komunikasi dan Informatika semula menjadwalkan analog switch off, penghentian siaran televisi terestrial analog secara bertahap mulai tahun lalu. Tapi, pandemi yang melanda membuat rencana berubah, ASO baru bisa dilakukan tahun ini dalam tiga tahap hingga selesai pada 2 November nanti.

Pelaksanaan ASO kembali berubah karena kondisi di lapangan, pemerintah saat ini menggunakan skema tahapan berganda, "multiple ASO", yaitu wilayah yang sudah siap yang berpindah ke siaran digital.

"Pada tahapan berganda atau 'multiple ASO' itu tidak ditentukan tanggalnya, yang ada tanggal akhirnya saja," kata Direktur Penyiaran, Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kementerian Kominfo Geryantika Kurnia kepada ANTARA, Kamis.

Pantauan ANTARA hari ini siaran televisi terestrial analog masih bisa ditonton di perangkat televisi di Jakarta. Sejumlah daerah, termasuk Jakarta, saat ini mendapatkan siaran televisi simulcast, yaitu siaran televisi terestrial analog dan digital sekaligus.

"Rencana berikutnya, ASO akan dilakukan di wilayah Jabodetabek, yang akan diumumkan dalam waktu dekat," kata Geryantika.

Baca juga: Kemenkominfo dapat bantuan dari Kemendagri untuk verifikasi data STB

Baca juga: ASO perdana di delapan wilayah bisa jadi contoh

Skema tahapan berganda berbeda dengan tiga tahap yang semula dijadwalkan Kominfo. Pada skema tiga tahap, 25 Agustus akan dilakukan penghentian siaran televisi analog di sejumlah lokasi, termasuk diantaranya wilayah siaran DKI Jakarta.

Skema tahapan berganda menitikberatkan pada tiga hal, yaitu kesiapan infrastruktur multipleksing, keberadaan siaran televisi terestrial analog dan kesiapan perangkat set top box.

Jika ketiga faktor tersebut sudah terpenuhi, maka wilayah siaran tersebut dinilai siap migrasi ke siaran televisi terestrial digital.

Diwawancara terpisah, Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik, Kominfo, Usman Kansong, menyatakan dinilai dari kesiapan infrastruktur dari penyelenggara multipleksing, stasiun televisi sudah siap 100 persen untuk siaran digital.

Meski pun sudah siap, dua faktor lainnya memainkan peranan yang tidak kalah penting. Tidak semua wilayah di Indonesia mendapatkan siaran televisi terestrial analog. Wilayah-wilayah seperti ini akan langsung mendapatkan siaran digital begitu siap.

Kesiapan perangkat set top box juga penting agar masyarakat bisa tetap menonton siaran digital meski pun masih menggunakan pesawat televisi analog. Pemerintah dan lembaga penyiaran, publik dan swasta, yang menjadi penyelenggara multipleksing, berkomitmen memberikan subsidi berupa set top box gratis kepada rumah tangga yang tidak mampu.

Berdasarkan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) Kementerian Sosial, ada 6.737.971 rumah tangga miskin yang perlu diberikan subsidi set top box. Dari jumlah tersebut, berdasarkan data Kementerian Kominfo per Januari 2022, penyelenggara multipleksing menyiapkan 4.177.760 unit set top box dan pemerintah, melalui Kominfo, sebanyak 1 juta unit.

Pemerintah masih mengupayakan kekurangan pengadaan set top box tersebut.

Sekretaris Daerah DKI Jakarta, Marullah Matali, pekan lalu menyatakan ada 123.888 rumah tangga yang sudah menerima bantuan set top box atau sekitar 40 persen dari warga yang tercatat menerima subsidi.

Distribusi set top box di berbagai wilayah, termasuk DKI Jakarta, masih terus berlanjut.

Baca juga: Kominfo optimistis tuntaskan ASO dalam waktu empat bulan

Manfaat siaran digital
Masyarakat secara umum akan menjadi pihak yang paling merasakan secara langsung siaran televisi terestrial digital, yaitu gambar dan suara yang jauh lebih jernih. Siaran televisi digital bisa memberikan resolusi gambar kualitas High Definition (HD).

Secara teknis transmisi yang digunakan pada siaran digital berbeda dengan yang analog. Pada siaran digital, jarak antara pemancar terhadap pesawat televisi tidak berpengaruh terhadap kualitas siaran. Selama perangkat televisi bisa menangkap sinyal siaran digital, maka akan ada siaran.

Pada siaran analog, semakin dekat jarak perangkat televisi dengan menara pemancar, maka gambar dan suara siaran akan bagus. Sebaliknya, jika jarak jauh, makan kualitas gambar dan suara berkurang, atau yang sering disebut "bersemut".

Siaran digital juga mengizinkan terjadinya penggunaan satu infrastruktur bersama, alias satu pemancar digunakan oleh beberapa stasiun televisi sekaligus.

Bagi stasiun televisi, mereka mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan konten. Siaran digital juga berpengaruh terhadap penggunaan spektrum frekuensi radio, menjadi lebih efisien. Saat siaran analog, satu kanal frekuensi hanya bisa digunakan oleh satu siaran televisi.

Sementara pada siaran digital, satu kanal frekuensi bisa menampung hingga 13 siaran televisi. Artinya, akan ada lebih banyak siaran televisi yang bisa ditransmisikan. Masyarakat pun bisa mendapatkan konten yang lebih beragam dibandingkan saat menonton siaran analog.

Peralihan ke siaran televisi terestrial digital pada dasarnya adalah penataan ulang spektrum frekuensi radio supaya lebih efisien. Siaran televisi analog berjalan pada pita frekuensi 700MHz, seluruh lebar pita 328MHz digunakan oleh siaran analog.

Ketika siaran sudah sepenuhnya migrasi ke digital, diperkirakan seluruhnya hanya memerlukan lebar pita sebesar 176MHz. Indonesia akan mendapatkan dividen digital sebesar 112MHz dan cadangan 40MH.

Dividen digital tersebut bisa digunakan untuk kebutuhan lainnya. Pemerintah merencanakan spektrum frekuensi tersebut untuk memperbaiki kualitas internet di Indonesia.

Internet yang berkualitas semakin dibutuhkan pada era digital ini, apalagi sejak pandemi hampir semua kegiatan bergantung pada internet. Betapa pentingnya internet ini juga terlihat bahwa isu ini dibahas pada Presidensi G20 Indonesia, melalui Digital Economy Working Group.

Baca juga: Kominfo gandeng pemda untuk verifikasi penerima set top box

Baca juga: Berharap pada set top box untuk menonton siaran digital

Baca juga: Survei: Pengetahuan masyarakat tentang siaran TV digital meningkat

Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2022