Gelandang tim nasional Uruguay Lucas Torreira (kanan) mengganggu pergerakan megabintang Argentina Lionel Messi dalam pertandingan penyisihan grup Copa America 2021 di Stadion Mane Garrincha, Brasilia, Brazil, pada 18 Juni 2021. (ANTARA/AFP/Nelson Almeida)

Sejak ada 4-4-2

Kita bisa melihatnya dari tim-tim seperti Manchester City, Liverpool, Real Madrid, Bayern Muenchen, dan Barcelona, atau Prancis, Italia, Jerman, dan Argentina pada tingkat timnas. Sukses mereka selalu bertautan dengan hadirnya gelandang yang mumpuni.

Dalam tingkat Piala Dunia FIFA yang November tahun ini di Qatar akan menjadi edisinya yang ke-22, pun begitu.

Ambil contoh Italia pada 2006, Spanyol dalam edisi 2010, Jerman pada 2014, atau Prancis empat tahun lalu di Rusia, dan Italia dalam Euro 2020 serta Argentina dalam Copa America yang keduanya diadakan tahun lalu.

Ketika Italia menjuarai Piala Dunia ketiganya pada 1982 adalah duo gelandang AC Milan, Gennaro Gattuso dan Andrea Pirlo, yang membuat Azzurri menjaga keseimbangan permainannya sehingga menjadi juara dunia tahun itu.

Sedangkan pada 2010, tiga gelandang Barcelona, yakni Sergio Busquets, Xavi Hernandez dan Andres Iniesta, membuat Spanyol akhirnya mengangkat Piala Dunia setelah lama tak pernah merasakannya.

Peran sentral gelandang juga mengemuka empat tahun kemudian ketika duet Bastian Schweinsteiger dan Toni Kroos yang waktu itu sama-sama bermain untuk Bayern Muenchen, menjadi dua aktor lapangan hijau terpenting Jerman dalam menjuarai Piala Dunia 2014.

Sedangkan empat tahun lalu di Rusia, trio Paul Pogba, Blaise Matuidi dan N'Golo Kante menjadi faktor besar yang membawa Prancis menjuarai Piala Dunia 2018.

Baca juga: Demi Piala Dunia 2022 Paul Pogba putuskan tak jalani operasi lutut

Setahun lalu ketika Piala Eropa digelar di banyak tempat, trio Nicolo Barella, Marco Verratti dan Jorginho menjadi kunci sukses Italia dalam menjuarai Piala Eropa 2020.

Trio Italia ini bahkan disebut-sebut sebagai trio gelandang terhebat sejak trio legendaris yang tidak saja membawa Spanyol menjuarai Piala Dunia dan Piala Eropa tetapi juga menjadi faktor besar dalam sukses Barcelona selama bertahu-tahun; Sergio Busquets, Andres Iniesta dan Xavi Hernandez.

Tetapi peran penting gelandang belum mengemuka sampai akhir 1960-an ketika orang mulai menciptakan formasi 4-4-2.

Formasi ini sudah menjadi pakem untuk sebagian besar tim sepak bola karena merupakan formasi yang paling seimbang dan sekaligus membuat para gelandang mendapatkan peran yang pasti.

Formula itu pula yang membuat posisi gelandang tengah menjadi demikian penting, baik dalam bertahan maupun kala menyerang.

Dia bukan saja menjadi poros permainan tim, namun juga penyeimbang untuk dua rekannya yang bermain sebagai gelandang sayap. Mereka memiliki dua tugas sangat penting, yakni mendukung penyerang dan sekaligus menyangka para bek.

Baca juga: Berakhirnya era Tiki Taka

Selanjutnya : Pengubah tim

Copyright © ANTARA 2022