Jakarta (ANTARA) - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mengapresiasi pelaksanaan lomba burung berkicau memperebutkan Piala Ketua MPR yang digelar di komplek Parlemen Senayan sebagai manifestasi nyata dari visi MPR sebagai rumah kebangsaan, rumah segenap anak bangsa dan seluruh elemen masyarakat, termasuk komunitas pecinta burung.

Pria yang akrab disapa Bamsoet itu menyebut kegiatan lomba burung berkicau yang digelar untuk kedua kalinya tersebut dapat menjadi wadah penyaluran hobi yang telah lama menjadi bagian dari budaya masyarakat Indonesia sejak tahun 1970-an.

Di sisi lain, lanjut Bamsoet, penyelenggaraan acara ini juga melibatkan peran serta banyak usaha mikro kecil menengah (UMKM) sehingga berdampak nyata pada perekonomian rakyat.

"Belum lagi dari aspek edukasi kepada masyarakat, untuk lebih mencintai satwa khususnya burung, hingga terlibat aktif dalam kegiatan penangkaran," kata Bamsoet saat membuka jalannya perlombaan, Jakarta, Minggu.

Baca juga: Ketua MPR: Banyak tantangan menuju Indonesia Emas 2045

Ia menjelaskan bahwa kegiatan penangkaran burung penting karena meski Indonesia dikenal memiliki keanekaragaman hayati yang kaya dengan ribuan spesies burung, namun Indonesia juga menjadi negara dengan jumlah spesies burung terancam punah terbanyak di dunia.

"Sekitar 177 spesies atau 12 persen dari keseluruhan burung terancam punah di dunia," ujarnya.

Kegiatan lomba burung berkicau kali ini, kata Bamsoet terasa istimewa karena banyaknya peserta yang mengikuti lomba ini, dengan total 1.600 burung dari komunitas pecinta burung berbagai wilayah, yakni Sumatera, Jakarta, Jabar, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali.

"Kedua, karena lomba pada hari ini diselenggarakan sekaligus bersamaan dengan sosialisasi Empat Pilar MPR RI," ucapnya.

Wakil Ketua Umum Partai Golkar itu kemudian menjelaskan bahwa Empat Pilar MPR RI yang dimaksud ialah Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika.

Ia menilai agar nilai-nilai Pancasila terus relevan dalam segala situasi maka Pancasila haruslah membumi, senantiasa hadir dalam ruang realita dan tidak menjadi konsep yang berada di 'awang-awang' belaka.

"Pancasila tidak boleh diucapkan tanpa pemaknaan yang tulus, hanya agar 'terlihat' nasionalis, empatis, dan populis di hadapan publik. Nilai-nilai Pancasila tidak boleh hanya diekspresikan sebatas klaim kehebatan dalam ritual pernyataan dan pidato, atau diajarkan sebatas hafalan sejumlah butir moralitas semata," terang Bamsoet.

Kepala Badan Hubungan Penegakan Hukum, Pertahanan dan Keamanan KADIN Indonesia menambahkan bahwa membumikan Pancasila harus dapat dimanifestasikan dan diimplementasikan melalui jalan keteladanan, khususnya oleh para pemimpin bangsa, para pemangku maupun penyelenggara pemerintahan.

"Setiap anak bangsa harus memahami bahwa ketika membicarakan Pancasila dengan sesanti Bhinneka Tunggal Ika, maka yang akan segera terbayang adalah kebesaran, keluasan, dan kemajemukan bangsa Indonesia, dalam satu bingkai keindonesiaan," tuturnya.

Ia menegaskan bahwa kekayaan lah yang menyatukan Indonesia sebagai negara yang memiliki 17.504 pulau, 1.340 suku bangsa, dan 733 bahasa daerah yang berbeda, dengan adat istiadat serta agama maupun keyakinan yang berbeda-beda pula.

"Bukan perbedaan yang memisahkan," kata Bamsoet.

Baca juga: Ketua MPR dorong Presiden tawarkan gotong royong pada masyarakat dunia
Baca juga: Ketua MPR minta masyarakat aktualisasi nilai Pancasila di kehidupan
Baca juga: Ketua MPR harap Indonesia beri alternatif solusi dalam KTT G-20

 

Pewarta: Melalusa Susthira Khalida
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2022