Kampala (ANTARA) - Lima orang meninggal karena Ebola di Uganda dan 19 kematian lainnya kemungkinan terkait dengan penyakit tersebut, kata Presiden Yoweri Museveni pada Rabu (28/9).

Menurut presiden, tidak akan ada instruksi untuk penguncian wilayah sebab Ebola lebih mudah ditangani ketimbang dengan COVID-19.

Wabah demam berdarah yang mematikan itu diumumkan Sudan pekan lalu sehingga menimbulkan kekhawatiran krisis kesehatan utama di negara berpenduduk 45 juta orang itu.

Belum ada vaksin untuk Ebola galur Sudan yang menjadi penyebab kasus infeksi terbaru di Uganda.

Dalam pidato di televisi, Museveni mengatakan bahwa selain lima kematian yang terkonfirmasi itu, sebanyak 19 kematian lain sepertinya berhubungan dengan Ebola lantaran penderitanya mengalami gejala serupa.

Akan tetapi, tidak ada pengambilan sampel dari mereka untuk mengonfirmasi hal itu sebelum kematian, menurut presiden.

Sebanyak 19 kasus lainnya juga terkonfirmasi Ebola, di antaranya menimpa empat dokter, satu ahli anastesi dan satu mahasiswa kedokteran, kata dia.

"Cuci tangan dengan air dan sabun atau gunakan cairan pembersih beralkohol. Hindari kontak dengan cairan tubuh dari siapa pun," kata Museveni.

Dia menambahkan bahwa wabah Ebola lebih mudah diatasi ketimbang virus corona yang ditularkan melalui udara.

Ebola lebih cepat menular melalui kontak dengan cairan tubuh orang yang terinfeksi. Penyakit menular itu memiliki gejala seperti lelah, nyeri otot, sakit kepala, sakit tenggorokan, muntah, diare dan ruam di kulit.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan tingkat penularan Ebola galur Sudan kecil dan tingkat kematiannya lebih rendah pada wabah sebelumnya dibanding Ebola galur Zaire, yang telah menyebabkan hampir 2.300 orang meninggal selama epidemi 2018-2020 di negara tetangga Republik Demokratik Kongo.

Infeksi terbaru ditemukan di distrik Mubende di Uganda tengah, yang berjarak sekitar 140 km sebelah barat ibu kota Kampala, dan telah menyebar ke dua distrik lainnya.

"Pemerintah memiliki kapasitas untuk mengendalikan wabah ini seperti yang telah dilakukan sebelumnya. Oleh karena itu tidak perlu merasa cemas, panik, dan tidak perlu penerapan pembatasan mobilitas atau penutupan ruang publik," kata presiden.

Sumber: Reuters

Baca juga: Uganda umumkan KLB Ebola setelah galur Sudan ditemukan
Baca juga: WHO bersiap hadapi potensi wabah Ebola di Kongo
Baca juga: WHO sarankan penggunaan dua obat antibodi lawan Ebola

Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2022