Jakarta (ANTARA) - Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra (Belt and Road Initiative/BRI) yang diusulkan China disambut hangat di negara-negara kepulauan Pasifik karena telah membantu meningkatkan pembangunan sosial dan ekonomi negara-negara tersebut selama satu dekade terakhir, demikian dikatakan seorang pakar asal Fiji di Suva pada 11 Agustus lalu.

Dalam sebuah wawancara dengan Xinhua, Keshmeer Makun, seorang dosen di Universitas Pasifik Selatan (University of the South Pacific) yang berbasis di ibu kota Fiji, Suva, mengatakan bahwa BRI telah menjadi platform untuk kerja sama yang saling menguntungkan antara China dan negara-negara partisipan di seluruh dunia, termasuk negara-negara kepulauan Pasifik yang terletak di perpanjangan arah selatan BRI, yang kini menjadi mitra ekonomi dan perdagangan penting bagi China.

"Hingga saat ini, 149 negara, termasuk 10 negara kepulauan Pasifik, menjalin hubungan diplomatik dengan China, dan 32 organisasi internasional bergabung dalam inisiatif tersebut. Dunia telah menyaksikan perluasan hubungan perdagangan dan investasi China dengan negara-negara di sepanjang Sabuk dan Jalur Sutra selama bertahun-tahun ini," ujarnya.

BRI, yang terdiri dari Sabuk Ekonomi Jalur Sutra dan Jalur Sutra Maritim Abad ke-21, bertujuan untuk membangun jaringan perdagangan, investasi, dan infrastruktur yang menghubungkan Asia dengan Eropa dan Afrika di sepanjang jalur perdagangan kuno itu.

Makun mengatakan bahwa "sebagai platform penting bagi China dan negara-negara anggota untuk memajukan kerja sama, BRI memperkuat hubungan bilateral antara China dengan para mitranya di Sabuk dan Jalur Sutra dengan kepentingan dan keuntungan bersama. Peningkatan hubungan antara China dan negara-negara Pasifik dapat dijadikan contoh dalam hal ini."

"China telah memberikan dukungan dalam pembangunan infrastruktur seperti jalan, rumah sakit, dan proyek mitigasi iklim di negara-negara kepulauan Pasifik dan juga berjanji untuk memberikan dukungan kepada mereka di bidang yang membutuhkan di masa depan. Manfaat nyata di bawah berbagai proyek dan dukungan pembangunan telah mengangkat hubungan antara (negara-negara kepulauan) Pasifik dan China ke level baru," katanya.
 
   Sejumlah proyek dan bisnis yang dijalankan China telah menjadi bagian dari ekonomi lokal di negara-negara kepulauan Pasifik, menciptakan lapangan pekerjaan dan pendapatan bagi masyarakat, katanya. 


Pembangunan BRI terus menunjukkan ketahanan dan vitalitas yang kuat, menyuntikkan dorongan kuat ke dalam keterbukaan dan kerja sama global serta pemulihan ekonomi dunia, ujar Makun.

Meyakini bahwa China dan negara-negara kepulauan Pasifik memiliki potensi besar dalam kerja sama mereka di masa mendatang, Makun mengatakan bahwa kedua pihak harus bekerja sama untuk menyelaraskan BRI dengan Strategi 2050 untuk Benua Pasifik Biru (2050 Strategy for the Blue Pacific Continent) yang baru diluncurkan, sebuah peta jalan untuk pembangunan berkelanjutan di kawasan Pasifik.
 
   "Strategi 2050 untuk Benua Pasifik Biru dan pembangunan hijau BRI adalah kerja sama yang saling menguntungkan bagi China maupun Pasifik. Bahkan, keduanya membuat komitmen yang kuat untuk keberlanjutan dan menunjukkan tanggung jawab sosialnya untuk negara berkembang," katanya.  


Dia menunjukkan bahwa keahlian dan pengetahuan China di bidang energi terbarukan dapat sangat membantu negara-negara kepulauan Pasifik yang kaya akan sumber daya energi terbarukan seperti tenaga air, tenaga surya, dan tenaga bayu.

Makun juga menekankan pentingnya kerja sama dalam bidang perubahan iklim antara China dan negara-negara kepulauan Pasifik, mengatakan bahwa China, sebagai negara dengan populasi terbesar di dunia dan perekonomian terbesar kedua di dunia, akan menjadi mitra kunci dalam mitigasi bencana alam dan risiko yang ditimbulkan oleh iklim, mengurangi kemiskinan, dan mencapai tujuan Agenda 2030 PBB untuk Pembangunan Berkelanjutan.

"China semakin menunjukkan kepemimpinan dalam bidang lingkungan di panggung global, mendukung Perjanjian Paris tentang perubahan iklim dan mempromosikan filosofi menghidupkan kembali peradaban ekologis. BRI dapat menawarkan kontribusi yang signifikan untuk mencapai tujuan Agenda 2030 PBB untuk Pembangunan Berkelanjutan dan Perjanjian Paris," katanya.
 
   Makun menjelaskan bahwa BRI bukanlah jebakan utang bagi negara-negara partisipan, melainkan sebuah platform untuk kerja sama yang saling menguntungkan


Negara-negara berkembang seperti negara-negara kepulauan Pasifik membutuhkan investasi infrastruktur dalam skala yang sangat besar, dan China pasti dapat membantu menyediakan sebagian dari kebutuhan itu, katanya, seraya menambahkan bahwa terlepas dari apa yang disebut mitos "jebakan utang" yang diangkat oleh beberapa laporan media, dunia mengerti bahwa BRI menganut serangkaian prinsip koheren yang memprioritaskan situasi "win-win" (sama-sama menang, sama-sama diuntungkan), alih-alih "menang-kalah" atau "zero-sum", melalui "konektivitas yang mencakup keseluruhan".

Dosen tersebut mendesak para mitra pembangunan internasional untuk bekerja sama membantu negara-negara kepulauan Pasifik mengatasi berbagai tantangan yang mereka hadapi, mengingat BRI adalah inisiatif untuk pembangunan yang damai, kerja sama ekonomi, dan itu akan membuat globalisasi ekonomi menjadi lebih terbuka, inklusif, seimbang, dan bermanfaat bagi semua pihak.

"BRI merupakan proses pembangunan yang terbuka, inklusif, dan bersama; negara-negara kepulauan Pasifik dan mitra pembangunan internasional memiliki kepentingan bersama yakni untuk dapat bekerja sama dan mengambil tindakan nyata," katanya.

 

Pewarta: Xinhua
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2022