Sukoharjo (ANTARA) - Kementerian Perindustrian RI mengupayakan pengadaan pusat logistik untuk mendukung operasional industri mebel yang saat ini mulai mengalami kesulitan dalam memperoleh bahan baku lokal.

Direktur Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Kementerian Perindustrian RI Merrijantij Punguan Pintaria usai diskusi kelompok terkait ketahanan baku baku mebel di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Kamis mengatakan upaya pemenuhan bahan baku ini harus dipastikan baik dari sisi kualitas, kuantitas, maupun jaminan harga.

Terkait hal itu, salah satu yang akan diupayakan oleh pemerintah adalah adanya pusat logistik penyedia bahan baku.

"Ini menjadi terpusat, baik itu dikelola oleh konsorsium atau unit usaha atau koperasi seperti koperasi Himki, akan kami upayakan sebagai offtaker untuk menjamin ketersediaan bahan baku," katanya pada acara yang diselenggarakan oleh Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (Himki) tersebut.

Ia mengatakan upaya tersebut penting dilakukan mengingat selama ini unit-unit industri membutuhkan waktu yang tidak singkat untuk penyediaan bahan baku.

"Saat PO (pesanan) datang, persiapan saja butuh waktu dua bulan. Kalau ini diambil alih oleh pusat logistik, penyedia bahan baku ada waktu dua bulan yang akan dipotong. Ini sedang digalakkan, semoga inisiasi awal bisa jalan lancar," katanya.

Ia mengatakan nantinya pusat penyedia bahan baku tersebut bukan hanya untuk kayu tetapi juga rotan.

"Kami dari sisi pemerintah akan mengupayakan, memfasilitasi apa yang dapat kami lakukan untuk percepatan operasional di pusat bahan baku yang kami coba realisasikan dalam waktu dekat," katanya.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Presidium Himki Abdul Sobur mengatakan FGD tersebut membahas masalah ketahanan bahan baku. Ia mengatakan tujuannya adalah agar suplai bahan baku ke industri dapat terencana dengan baik.

"Dapat terkondisikan supaya industrinya mengalami pertumbuhan, tidak ada lagi hambatan-hambatan yang masalahnya teknis. Problem terkait bahan baku, baik kayu, rotan, dan lainnya bisa teratasi," katanya.

Sementara itu, Wakil Ketua Umum Bidang Inovasi Bahan Baku dan Bahan Penunjang Himki Adi Dharma Santoso mengatakan untuk saat ini pelaku industri mebel mengacu pada kebutuhan industri untuk pasar ekspor.

Ia mengatakan saat ini nilai ekspor untuk komoditas mebel secara nasional sebesar 3,4 miliar dolar AS. Meski demikian, saat ini sudah mulai ada kendala untuk suplai bahan baku. Dengan nilai ekspor tersebut dibutuhkan bahan baku sekitar 7-8 juta m3.

Padahal pada tahun 2024 targetnya nilai ekspor mebel naik menjadi 5 miliar dolar AS. Dengan angka ini artinya diperlukan bahan baku sekitar 11-12 juta m3/tahun.

"Saat ini sebagian bahan baku sudah impor, sekitar 20-25 persen, di antaranya dari Amerika Serikat, Selandia Baru, Eropa. Padahal menjadi nilai lebih kalau bisa pakai produk dalam negeri. Kayu lokal memiliki daya saing tinggi daripada impor," katanya.

Baca juga: Industri mebel dan kerajinan atur strategi hadapi pelemahan pasar

Baca juga: Menperin ingin wujudkan ekspor furnitur 5 miliar dolar pada 2024

Pewarta: Aris Wasita
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022