kalau kita tidak mengikuti perkembangannya, kita akan digilas teknologiDenpasar (ANTARA) - Siswa SMA Negeri 4 Denpasar, Bali, kini mulai menggunakan teknologi kacamata Virtual Reality (VR) untuk proses pembelajaran, setelah sebelumnya mendapat fasilitas tersebut dari Direktorat Ekonomi Digital Kementerian Kominfo.
"Diawali dengan pelatihan-pelatihan, kebetulan penerapan teknologi diaplikasikan dalam proses pembelajaran. Jadi dari kementerian memanggil lima orang guru, setelah proses berlangsung dari sekian sekolah kita yang dikunjungi bersama SMKN 1 Denpasar dan diberikan hadiah kacamata," kata Kepala Sekolah SMAN 4 Denpasar I Made Sudana.
Di Denpasar, Selasa, Sudana mengungkapkan rasa senang atas pemberian teknologi imersif tersebut, sebagai salah satu sekolah penggerak di Bali, ia menyatakan pentingnya untuk mengikuti perkembangan teknologi pada proses pembelajaran.
"Kalau kita tidak mengikuti perkembangannya, kita akan digilas teknologi. Kalau misalnya laptop, itu sudah dari zaman Kurikulum 13 sudah kita terapkan, ditambah SMAN 4 Denpasar ini sekolah penggerak, di isana menekankan sekolah penggerak jadi katalisator untuk sekolah lain, dengan dasarnya teknologi," ujarnya.
Saat ini, salah satu sekolah favorit di Kota Denpasar itu telah mengantongi 10 buah kacamata Virtual Reality, yang digunakan secara bergilir untuk seluruh siswa, dengan metode belajar berkelompok.
Baca juga: Pakar sebut dunia pendidikan perlu bersiap hadapi era metaverse
Guru mata pelajaran fisika SMAN 4 Denpasar Dewa Made Yuda Andika yang sekaligus mengomandoi penggunaan kacamata Virtual Reality mengaku tak kesulitan dengan hal itu.
Siswa dalam satu kelas akan dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil, secara bergilir mereka akan merasakan lingkungan tidak nyata dalam kacamata VR yang dihubungkan dengan telepon pintar berbasis android milik masing-masing.
"Terkait kendala tidak terlalu, karena itu digunakan dengan mobile base (berbasis seluler). Kita bisa menggunakan smartphone anak-anak, karena kalau kita perhatikan sudah sebagian besar memiliki smartphone berbasis android," kata Yuda.
Untuk penggunaannya, kacamata Virtual Reality terhubung dengan aplikasi Millea Lab. Dalam aplikasi tersebut terdapat pilihan masuk sebagai pembuat yang dapat diakses guru menggunakan laptop, dan pengguna yang dapat diakses siswa menggunakan telepon pintar, yang kemudian dipasang di depan kacamata VR.
"Dengan VR kita menghadirkan lingkungan virtual di mana anak-anak masuk ke dalam. Kita buat lingkungan misalnya luar angkasa, kita buat mereka seolah-olah masuk ke luar angkasa," ujar Yuda menjelaskan isi dalam kacamata tersebut.
Baca juga: Penelusuran "Wengi" bareng Sara Wijayanto lewat virtual reality
Baca juga: JakLingko gandeng WIR Group kembangkan platform metaverse
Yuda juga menyampaikan bahwa teknologi ini dapat digunakan untuk seluruh mata pelajaran yang memungkinkan dibuatkan adegan dalam layar virtual.
Sejauh ini, sebanyak lima guru SMAN 4 Denpasar yang ditunjuk dalam pelatihan Kementerian Kominfo itu telah membuat masing-masing satu buah adegan pembelajaran untuk siswa.
Jumlah yang tak banyak itu dikatakan sebagai salah satu kendala, yaitu kesulitan para guru dalam membuat adegan meskipun terbantu teknologi Millea Lab.
Yuda Andika menceritakan bahwa dirinya sendiri telah membuat tiga adegan yang prosesnya telah berlangsung sejak 2019 lalu. Jauh sebelum pemberian VR dari Kementerian Kominfo, dirinya telah menguasai teknologi tersebut dengan bergabung dalam komunitas Pendekar VR.
Sejak saat itu juga kacamata canggih tersebut sudah dikenalkan kepada siswa SMAN 4 Denpasar, namun terbatas pada alat yang dimiliki Yuda secara pribadi.
Baca juga: Operasi lewat metaverse sangat mungkin terjadi di masa depan
Yuda juga menyampaikan bahwa teknologi ini dapat digunakan untuk seluruh mata pelajaran yang memungkinkan dibuatkan adegan dalam layar virtual.
Sejauh ini, sebanyak lima guru SMAN 4 Denpasar yang ditunjuk dalam pelatihan Kementerian Kominfo itu telah membuat masing-masing satu buah adegan pembelajaran untuk siswa.
Jumlah yang tak banyak itu dikatakan sebagai salah satu kendala, yaitu kesulitan para guru dalam membuat adegan meskipun terbantu teknologi Millea Lab.
Yuda Andika menceritakan bahwa dirinya sendiri telah membuat tiga adegan yang prosesnya telah berlangsung sejak 2019 lalu. Jauh sebelum pemberian VR dari Kementerian Kominfo, dirinya telah menguasai teknologi tersebut dengan bergabung dalam komunitas Pendekar VR.
Sejak saat itu juga kacamata canggih tersebut sudah dikenalkan kepada siswa SMAN 4 Denpasar, namun terbatas pada alat yang dimiliki Yuda secara pribadi.
Baca juga: Operasi lewat metaverse sangat mungkin terjadi di masa depan
Pewarta: Ni Putu Putri Muliantari
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022