Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis bedah tulang dr. Oryza Satria, SpOT (K) memandang Hari Osteoporosis Sedunia yang akan diperingati pada 20 Oktober merupakan momentum untuk mengenali cara-cara pencegahan di sepanjang fase usia seseorang.

“Kita memaknai hari osteoporosis adalah dengan cara pencegahan karena hal yang penting dari osteoporosis sekali lagi adalah pencegahan,” kata dokter dari RSUP Fatmawati itu dalam bincang virtual pada Rabu.

Satria menegaskan pencegahan penting untuk dilakukan, bukan mengobati, mengingat osteoporosis sering kali tidak memunculkan gejala awal. Kondisi tersebut biasanya baru diketahui ketika seseorang mengalami patah tulang atau saat seseorang memeriksakan kondisi kepadatan tulangnya.

“Pencegahan osteoporosis untuk lebih mudahnya saya bagi dalam beberapa fase umur, yaitu anak-anak, dewasa muda dan dewasa, dan pada saat sudah lanjut usia terutama yang sudah terdeteksi osteopenia,” katanya.

Pada usia anak-anak, yang bisa dilakukan yaitu mencapai potensi maksimal massa tulang dengan menanamkan motivasi agar bisa membiasakan diri melakukan aktivitas fisik dan olahraga secara rutin.

Kemudian pada usia dewasa muda dan dewasa, Satria menggarisbawahi pentingnya mencukupi kebutuhan nutrisi yang tidak hanya kalsium melainkan juga protein, mineral, dan vitamin D. Kebutuhan nutrisi harus terpenuhi dengan baik dan tepat, tidak kurang dan tidak lebih.

Selain itu, usia dewasa juga penting untuk mempertahankan berat badan ideal serta hindari rokok dan tidak minum alkohol secara berlebihan.

Sama seperti anak-anak, orang dewasa juga tetap dianjurkan untuk melakukan aktivitas fisik dan olahraga. Dia mengingatkan bahwa aktivitas fisik berbeda dengan olahraga. Aktivitas fisik dapat berupa jalan kaki sementara olahraga harus memiliki target yang terukur.

Baca juga: Mengapa osteoporosis lebih rentan menyerang wanita?

Pada usia lanjut, pemenuhan kebutuhan asupan nutrisi seperti kalsium, protein, mineral, dan vitamin D juga tetap diperhatikan. Demikian pula aktivitas fisik dan olahraga, dengan catatan harus disesuaikan dengan kondisi lansia dan tidak direkomendasikan melakukan olahraga yang kompleks karena sangat berisiko menimbulkan fraktur atau patah tulang.

“Hal khusus yang perlu diperhatikan pada usia lanjut adalah keseimbangan postur tubuh yang koordinasi dan kekuatan otot harus dijaga karena ini berpengaruh terhadap nanti risiko dari penyakit jantung dan akan menimbulkan fragility fracture atau patah tulang,” kata Satria.

Hal lain yang paling penting pada usia lanjut, apalagi jika sudah terdeteksi mengalami osteoporosis, yaitu mengurangi risiko penyakit jantung dengan cara faktor internal. Misalnya, apabila seorang lansia memiliki riwayat penyakit penyerta seperti stroke, demensia, parkinson, dan seterusnya, maka penyakit tersebut harus dikelola atau diobati.

Kemudian, perhatikan pula faktor eksternal seperti lingkungan rumah dan lingkungan kerja yang harus dimodofikasi sedemikian rupa terutama bagi lansia yang sudah terdeteksi osteoporosis.

“Kalau di lingkungan rumah jangan sampai ada lantai yang tidak rata, itu kalau misalkan sudah terjadi gangguan koordinasi gerakan maka akan mudah sekali tersandung dan akhirnya jatuh. Kemudian lantainya kalau bisa jangan licin, sandalnya juga jangan licin. Kalau di kamar mandi, kasih pegangan supaya bisa bangun, karena di kamar mandi itu risiko jatuhnya juga tinggi,” kata Satria.

Baca juga: BKKBN: Perkawinan dini sebabkan kecatatan anak dan ibu osteoporosis

Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022