Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengakselerasi industri petrokimia menerapkan prinsip ekonomi sirkular sebagai upaya memacu pengembangan industri petrokimia agar bisa lebih berdaya saing global.

“Pada industri petrokimia, implementasi ekonomi sirkular ini bisa melalui pendekatan dari konsep 5R, yakni reduce, reuse, recycle, refurbish, dan renew,” kata Plt Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kemenperin Ignatius Warsito lewat keterangannya di Jakarta, Jumat.

Warsito menjelaskan konsep reduce yaitu mengurangi penggunaan material berlebih dan energi dengan melakukan efisiensi bahan baku dan energi. Kemudian, reuse adalah menggunakan bersama-sama aset yang ada secara berulang-ulang, antara lain dengan penggunaan sistem utilitas bersama dalam satu kawasan. Sedangkan, recycle itu menggunakan kembali material yang ada.

“Konsep refurbish adalah memanjangkan daur hidup material atau menggunakan material yang sudah tidak terpakai menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat, seperti mendorong penggunaan waste sebagai energi alternatif untuk industri. Selanjutnya renew atau memprioritaskan penggunaan energi dan material terbarukan,” paparnya.

Menurut Warsito, saat ini efisiensi energi sudah menjadi hal yang tidak asing di industri padat energi, seperti industri petrokimia.

“Dalam hal ini untuk industri petrokimia, study case pada industri pupuk yang dapat dijadikan best practice, antara lain adalah upaya substitusi sumber panas dari High Pressure Steam (HPS) ke Medium Pressure Steam (MPS) pada pengering saringan molekuler,” sebutnya.

Baca juga: Pemerintah dorong percepatan produksi industri petrokimia

Selain itu, mengganti teknologi exhaust processing dari metode Cryogenic ke Permeable Membrane, melakukan optimasi gas buang (tail gas) sebagai bahan bakar, dan meningkatkan isolasi reformer atau reactor eksotermis.

Di sisi lain, tren sirkular ekonomi juga dapat berdampak pada berkurangnya permintaan “virgin polymer” global.

Beberapa perusahaan sudah berkomitmen untuk mengurangi penggunaan plastik (virgin).

“Hal ini mendorong industri petrokimia untuk mampu beradaptasi dan membangun strategi jangka panjang yang dapat mengintegrasikan bisnis model sirkular ekonomi ke dalam proses yang ada saat ini,” imbuhnya.

Langkah yang tidak kalah pentingnya adalah penggunaan energi dan material terbarukan. Dalam hal ini, industri petrokimia harus mampu menjawab permintaan pasar global terkait penggunaan energi terbarukan dan material yang ramah lingkungan.

“Misalnya, permintaan untuk mensubstitusi sebagian plastik konvensional dengan bioplastik yang dapat dikembangkan melalui R&D material yang mampu terdegradasi secara alami (bio-degradable),” tuturnya.

Bahkan, penggunaan energi terbarukan dapat dilakukan di sektor industri petrokimia untuk mensubstitusi penggunaan listrik yang bersumber dari energi fosil.

Baca juga: Investasi industri petrokimia naik, Kemenperin siapkan SDM
Baca juga: Kemenperin: Industri petrokimia di Banten butuh 2.800 tenaga kerja


Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022