Jakarta (ANTARA) - Epidemiolog Bayu Satria Wiratama meminta masyarakat mulai menyadari tingkat risiko penularan infeksi COVID-19 sebagai bentuk perlindungan diri masing-masing dari berbagai hasil mutasi virus.

“Nanti di depan pasti akan muncul lagi varian baru COVID-19 dan semua varian itu semua sifatnya hampir mirip. Semuanya cepat menular dan semuanya memiliki sifat yang sama yaitu mereka semua tetap bisa ditekan angka keparahannya dengan vaksin,” katanya dalam tayang bincang "Hadapi Varian Baru: Kencangkan Prokes, Tuntaskan Vaksinasi" yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis.

Menanggapi telah masuknya varian XBB ke Indonesia, ia menekankan salah satu kewaspadaan masyarakat dengan menjaga protokol kesehatan meski sedang melakukan aktivitas yang padat.

“Setelah memiliki pengalaman selama hampir tiga tahun pandemi, seharusnya masyarakat sudah dapat memahami apakah dirinya bisa terinfeksi COVID-19 atau tidak,” kata Bayu yang juga pengajar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta itu.

Menurut dia, ketika seseorang merasakan kondisi tubuh sedang tidak sehat atau memiliki gejala berupa batuk, pilek, atau demam, masyarakat sudah bisa memahami bahwa dirinya berisiko terkena penularan dan berbahaya untuk keluar rumah.

Jika terpaksa keluar rumah dalam keadaan kondisi yang tidak sehat pun, katanya, masyarakat seharusnya sudah terbiasa dengan tidak melepaskan masker dan menjauhi kerumunan di suatu area yang dikunjungi.

“Meski tetap dengan masker, kita pasti akan melepas masker. Jadi kalau misalnya tidak memungkinkan (untuk sehat, red.), lebih baik tetap di rumah dan yang lebih penting adalah masyarakat lebih tahu risiko mereka yang dipunyai seperti apa karena risiko dan tipe orang berbeda-beda,” katanya.

Baca juga: Epidemiolog: Perkuat prokes guna mencegah risiko penularan varian XBB

Ia mengatakan dengan kondisi fisik yang berbeda-beda, kelompok komorbid seperti penderita diabetes sudah dapat memahami jika tertular oleh infeksi, maka akan mengalami waktu sulit untuk penyembuhan karena tingkat keparahan yang akan terjadi.

“Penelitian juga menunjukkan semuanya bahwa diabetes adalah salah satu yang combo mematikan bila terkena COVID-19. Jadi setiap orang wajib hukumnya harus sudah sampai dengan dosis booster dan tetap menjaga kondisi tubuh dengan cara mengontrol kesehatannya,” katanya.

Terkait dengan penderita komorbid, Bayu meminta jika dokter yang memberikan konsultasi mengizinkan untuk melakukan vaksinasi, keluarga dari penderita komorbid harus segera mengantarkan ke fasilitas kesehatan terdekat.

Sebab, katanya, tingkat keparahan akibat varian COVID-19 sampai hari ini masih efektif ditekan melalui vaksinasi.

Ia menambahkan pemakaian masker disarankan tidak dibuka selain ketika makan atau minum, meski sedang berada di luar maupun dalam ruangan.

Protokol kesehatan juga tidak bisa diabaikan walaupun seseorang telah mendapatkan vaksinasi COVID-19 dosis penguat.

“Saya harap kita mengetahui risiko atau kondisi dari diri kita sendiri, yang kurang sehat pemakaian maskernya harus ditingkatkan baik di luar maupun di dalam bangunan. Kita juga perlu sama-sama mengajak mereka mendapatkan vaksin bagi yang belum,” ujarnya.

Baca juga: Epidemiolog sebut langkah Indonesia produksi vaksin sangat strategis
Baca juga: Epidemiolog: Vaksin booster modal lindungi warga dari subvarian baru


Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2022