Sydney (ANTARA) - Pasar saham Asia merosot pada awal perdagangan Kamis, setelah Federal Reserve (Fed) AS meletakkan dasar untuk kampanye pengetatan berlarut-larut yang menghancurkan harapan pasar untuk jeda, menenggelamkan obligasi dan mengangkat dolar.

Investor awalnya bersorak bahwa Fed membuka pintu bagi perlambatan laju kenaikan setelah menaikkan suku bunga 75 basis poin menjadi 3,75-4,0 persen. Tetapi Ketua Fed Jerome Powell memperburuk suasana dengan mengatakan "sangat prematur" untuk berpikir tentang jeda dan bahwa puncak suku bunga kemungkinan akan lebih tinggi dari yang diperkirakan sebelumnya.

"The Fed sekarang lebih nyaman dengan mengambil kenaikan suku bunga yang lebih kecil untuk periode yang lebih lama daripada memberikan kenaikan yang lebih besar sekarang," kata Brian Daingerfield, seorang analis di NatWest Markets.

"Siklus pengetatan secara resmi sekarang menjadi maraton, bukan sprint."

Pasar berjangka sekarang terpecah tentang apakah Fed akan bergerak sebesar 50 atau 75 basis poin pada Desember, dan mendorong ke atas untuk suku bunga menjadi 5,0-5,25 persen kemungkinan pada Mei tahun depan. Mereka juga menyiratkan sedikit peluang penurunan suku bunga hingga Desember 2023.

"Lebih tinggi lebih lama" bukanlah yang ingin didengar pasar ekuitas dan Wall Street turun tajam setelah komentar Powell. Kamis pagi, kontrak berjangka S&P 500 turun 0,3 persen, sementara kontrak berjangka Nasdaq turun 0,2 persen.

Baca juga: Saham Asia naik, dolar turun jelang putusan kebijakan bank sentral AS

Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang melemah 0,9 persen, dengan Indeks KOSPI Korea Selatan merosot 1,5 persen. Indeks Nikkei Jepang ditutup untuk liburan, tetapi kontrak berjangka diperdagangkan sekitar 350 poin di bawah penutupan Rabu (2/11/2022).

Imbal hasil obligasi pemerintah dua tahun naik menjadi 4,63 persen karena kurva bearish, dengan spread ke obligasi 10-tahun mendekati yang paling terbalik sejak pergantian abad.

Perhatian sekarang beralih ke survei jasa-jasa ISM AS pada Kamis dan laporan penggajian Jumat (4/11/2022) di mana kejutan kenaikan apa pun kemungkinan akan memperkuat pandangan hawkish Fed.

Yang juga menjadi pusat perhatian adalah Bank Sentral Inggris (BoE) di mana pasar sepenuhnya memperkirakan kenaikan suku bunga 75 basis poin ke level tertinggi sejak akhir 2008 di 3,0 persen.

"Akan ada perhatian pada perkiraan IHK dan PDB baru BoE, dengan yang terakhir kemungkinan akan menunjukkan resesi yang lebih dalam dan berlarut-larut pada tahun 2023 dan 2024," kata Kepala Strategi Valas Ray Attrill di NAB.

Baca juga: Dolar merosot jelang keputusan Fed, yen dan Aussie menguat

Prospek yang suram dapat memberi lebih banyak tekanan pada pound sterling, yang disematkan di 1,1374 dolar setelah mundur dari puncak 1,1564 dolar semalam.

Dolar AS secara luas dalam tawaran beli karena sikap hawkish Powell, meninggalkan Indeks Dolar di 112,190 setelah memantul semalam dari terendah 110,400.

Euro datar di 0,9810 dolar, setelah jatuh dari tertinggi 0,9976 dolar semalam, sementara dolar naik ke 147,87 yen dari palung 145,68.

Rebound dalam dolar dan imbal hasil merupakan hambatan bagi emas, yang tertahan di 1.633 dolar AS per ounce setelah mencapai 1.669 dolar AS pada satu tahap semalam.

Harga minyak juga tidak menyukai reli dolar dengan Brent turun 88 sen menjadi diperdagangkan di 95,28 dolar AS per barel, sementara minyak mentah AS turun 1,02 dolar AS menjadi diperdagangkan di 88,98 dolar AS per barel.

Dalam kabar baik bagi pecinta roti, harga gandum berjangka anjlok semalam setelah Rusia mengatakan akan melanjutkan partisipasinya dalam kesepakatan untuk mengekspor gandum dari Ukraina yang dilanda perang.

Baca juga: Harga gandum naik 5,5 persen, Rusia mundur dari perjanjian Laut Hitam

 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022