banyak pihak yang luput menyadari bahwa puskesmas merupakan penyedia layanan kesehatan esensial terpadu, terjangkau dan paling dekat dengan masyarakat.
Jakarta (ANTARA) - Center for Indonesia's Strategic Development Initiatives (CISDI) merayakan sepuluh tahun program Pencerah Nusantara melalui acara bertajuk "Satu Dekade Pencerah Nusantara: Aksi Bersama untuk Indonesia Sehat" yang digelar secara hibrida pada Sabtu.

"Saya bersyukur kepada Allah dan berbangga hati melihat perjuangan berbagai pihak yang telah mendukung lahirnya Pencerah Nusantara dan mengiringi pertumbuhannya hingga saat ini menginjak tahun ke-10 tepat di Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober lalu," ujar Founder & CEO CISDI Diah Satyani Saminarsih saat membuka acara, dipantau secara daring dari Jakarta, Sabtu.

Ia memaparkan bahwa berdasarkan Data Kementerian Kesehatan, Indonesia saat ini mempunyai 10.000 puskesmas yang tersebar di seluruh penjuru negeri.

 Namun, banyak pihak yang luput menyadari bahwa puskesmas merupakan penyedia layanan kesehatan esensial terpadu, terjangkau dan paling dekat dengan masyarakat.

Untuk itu, ia mengatakan Pencerah Nusantara pun lahir pada sepuluh tahun lalu dengan komitmen mendorong transformasi layanan kesehatan primer di Indonesia secara berkelanjutan.

"Sejak 2012, pada waktu itu Kantor Utusan Khusus Presiden RI untuk Millenium Development Goals kemudian diteruskan oleh CISDI sejak 2014, menginisiasi, menjalankan, merawat, dan membesarkan intervensi layanan kesehatan primer bernama Pencerah Nusantara dengan tujuan merevitalisasi layanan kesehatan primer secara komprehensif," jelas Diah.

"Program ini merekrut, melatih, menugaskan sekelompok profesional muda kesehatan ke berbagai pelosok negeri. Di sana, mereka melebur menjadi pasukan penguat puskesmas, menjadi teman dan sumber informasi kesehatan bagi komunitas, serta menjadi advokat kesehatan yang handal," lanjutnya.

Ia menambahkan, mereka juga bahu-membahu dengan Dinas Kesehatan dan tenaga kesehatan setempat yang sudah ada untuk membawa inovasi ke dalam birokrasi serta bersama-sama menggerakkan masyarakat.

Pada awal masa pandemi, ia melanjutkan, intervensi Pencerah Nusantara berevolusi menjadi tim respon COVID-19 di tingkat layanan kesehatan primer. Intervensinya merambah daerah urban melalui program Pencerah Nusantara COVID-19 (PN COVID19) dan Puskesmas Terpadu dan Juara (PN-PUSPA).

Tim PN COVID-19, diikuti oleh PUSPA, menguatkan respons penanganan wabah di fasilitas kesehatan primer melalui pelatihan SDM puskesmas, edukasi kesehatan COVID-19 kepada warga, hingga meningkatkan performa tracing, testing dan treatment (3T).

Pencerah Nusantara meneruskan inovasinya dengan menambah titik prioritas pada kader kesehatan melalui pengutamaan vaksinasi COVID-19 bagi kelompok rentan dan memulihkan layanan kesehatan esensial yang terbengkalai selama pandemi.

Inovasi tersebut bernama Puskesmas Responsif-Inklusif Masyarakat Aktif Bermakna (PN PRIMA), dengan daerah intervensi di Kabupaten Bekasi, Kota Depok dan Kota Bandung.

Selama sepuluh tahun perjalanannya, Pencerah Nusantara telah memberi dampak kepada lebih dari 13 juta penerima manfaat. Inisiatif ini juga berhasil melatih lebih dari 1.000 tenaga kesehatan muda dan menggerakkan setidaknya 10.000 kader kesehatan masyarakat di 29 kabupaten dan kota di Indonesia.

"Layanan kesehatan primer unggul dalam upaya promotif dan preventif seperti pencegahan, deteksi dini, promosi kesehatan, hingga manajemen pelayanan kesehatan, dibanding rumah sakit yang cenderung berbiaya besar dalam pengelolaan maupun aksesnya," kata Diah.

"Sudah saatnya ada layanan kesehatan primer yang transformatif, berkualitas, namun terjangkau di tengah masyarakat, dan kami berkomitmen untuk terus membantu mewujudkannya," pungkasnya.

Perayaan Satu Dekade Pencerah Nusantara dimeriahkan oleh pagelaran teater yang menggambarkan perjalanan Pencerah Nusantara dalam sepuluh tahun terakhir, diskusi bersama kader dan tenaga kesehatan puskesmas, hingga pameran foto perjalanan tim Pencerah Nusantara dan kader kesehatan.
Baca juga: 4.807 puskesmas di Indonesia belum pakai rekam medis elektronik
Baca juga: Konsumsi minuman kemasan berpemanis naik 15 kali lipat 2 dekade
Baca juga: CISDI minta pemerintah terapkan cukai minuman berpemanis

Pewarta: Suci Nurhaliza
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2022