Banda Aceh (ANTARA) - Rektor Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh Prof Marwan mengenalkan inovasi hulu-hilir industri nilam Aceh yang telah dilakukan Atsiri Research Center (ARC) USK sejak 2016 silam ke berbagai kalangan masyarakat di Singapura dan Thailand.

"Dalam enam tahun terakhir, ARC-USK Banda Aceh telah mengembangkan berbagai inovasi nilam Aceh berbasis riset dan ilmu pengetahuan," kata Prof Marwan, di Banda Aceh, Kamis.

Hal itu disampaikan Prof Marwan saat menjadi keynote speaker terkait green economy (ekonomi hijau) pada konferensi internasional the 13th IMT-GT Uninet Bioscience International Conference 2022, di Songkhla, Thailand.

Konferensi tersebut diikuti oleh para Rektor, pejabat kampus mahasiswa dan dosen dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia, Singapura dan Thailand, serta juga dihadiri masyarakat kalangan profesional dari berbagai negara.

Baca juga: Banda Aceh gandeng perguruan tinggi untuk tingkatkan kualitas pendidik

Baca juga: USK luncurkan cairan antipenuaan dari komponen minyak nilam Aceh


Marwan menjelaskan, ARC-USK merupakan jawaban untuk mengatasi berbagai persoalan yang dihadapi oleh industri nilam Aceh. Pada 2019 mereka telah bertransformasi menjadi pusat unggulan iptek perguruan tinggi (PUIPT) nilam Aceh berskala nasional.

"Bahkan, ARC-USK sudah menjadi pusat unggulan (center of excellence) dalam pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi yang memberikan nilai tambah pada rantai pasok dan nilai (supply and value chain) nilam Aceh," ujarnya.

Prof Marwan menyebutkan, terdapat beberapa inovasi yang telah dilakukan ARC-USK selama ini, yaitu pengembangan bibit unggul melalui pemuliaan dan kultur jaringan (tissue culture), pengembangan biopestida, pupuk organik, sistem budidaya modern dengan fertigasi (fertilisasi dan Irigasi) pada lahan permanen (permaculture).

Kemudian, juga melahirkan inovasi teknik perawatan tanaman, panen dan penanganan pasca panen melalui teknologi pengeringan dan penyiapan bahan baku, inovasi ketel dan teknologi penyulingan, bahan bakar, pemanfaatan limbah.

Selanjutnya, kata Prof Marwan, pihaknya juga mengembangkan teknologi purifikasi (molecular distillation and fractionation) menjadi hi-grade dan crystal patchouli.

"ARC-USK juga sudah melakukan pengembangan berbagai produk turunan seperti parfum, lotion, body butter, serum antiaging, pengharum mobil, medicated oil, sabun, hand sanitizer, desinfektan dan lain-lain," katanya.

Prof Marwan memaparkan, pada 2019 ARC-PUIPT USK, juga telah berhasil menginisiasi lahirnya koperasi produsen inovasi nilam Aceh (Koperasi Inovac). Kemudian, menjadi sayap bisnis dari ARC yang dikelola secara profesional dan melakukan komersialisasi dari produk-produk berbasis nilam hasil riset dan inovasi.

Inovac saat ini mengelola rumah produksi nilam dan produk turunannya di USK. Di mana mereka membeli nilam rakyat dan mengembangkannya menjadi berbagai produk bernilai ekonomi.

"Beberapa produk yang dikembangkan saat ini telah memiliki izin edar dari Kemenkes dan BPOM RI. Inovac juga sudah menjalin kemitraan dengan Perancis dan membentuk PT U-Green Aromatics Internasional," ujarnya.

Prof Marwan mengatakan bahwa saat ini Pemerintah Aceh maupun nasional sudah mulai turun tangan mendukung pengembangan nilam Aceh.

Kata Prof Marwan, salah satu flagship program dari pemerintah pusat adalah major project nilam yang diusung oleh Bappenas dan Kemenkop-UKM. Aceh menjadi satu dari lima provinsi yang memperoleh Major Project 2022 tersebut.

Kemudian, Aceh juga mendapatkan factory sharing nilam yang akan dibangun di Kawasan Industri Aceh (KIA) Ladong Aceh Besar dan dapat dimanfaatkan oleh UMKM berbasis minyak atsiri, khususnya nilam.

"Factory sharing nilam ini akan dikelola oleh koperasi Sekunder yang merupakan konsorsium koperasi nilam dari berbagai kabupaten yang ada di Aceh," katanya.

Dalam kesempatan ini, dirinya juga menyatakan, meskipun nilam merupakan salah satu komoditas ekspor nasional, tetapi saat ini belum memberikan dampak signifikan terhadap kesejahteraan petani dan penyuling nya.

Di mana, sistem tata niaga yang terjadi selama puluhan tahun ini belum berpihak kepada rakyat kecil.

"Dengan inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi jalan baru nilam Aceh telah terbuka. Maka ini harus dipertahankan dan dikembangkan agar kesejahteraan masyarakat dapat meningkat," demikian Prof Marwan.*

Baca juga: Perusahaan skin care Aceh binaan BRIN masuk semifinal China-ASEAN IEC

Baca juga: USK Banda Aceh hadirkan festival makanan internasional dari 13 negara

Pewarta: Rahmat Fajri
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022