Pelatih timnas Maroko Walid Regragui (tengah) berselebrasi dengan anak asuhnya usai menang melawan Portugal pada babak perempat final Piala Dunia Qatar 2022 di Stadion Al Thumama, Doha, Qatar, Sabtu (10/12/2022). Portugal tersingkir dari Piala Dunia 2022 usai keok oleh Maroko 0-1. ANTARA FOTO/REUTERS/Suhaib Salem/wsj.


Percaya diri

Biasanya menghadapi lawan yang memiliki lini serang semaut dan seekplosif Prancis di mana kuartet Kylian Mbappe, Antoine Grizzmann, Osmane Dembele dan Olivier Giroud sungguh menjadi penebar teror di daerah pertahanan lawan, tim-tim cenderung memasang tiga bek tengah.

Awalnya Maroko juga memasang tiga bek tengah.

Tetapi setelah gawang mereka dibobol Theo Hernandez dan kemudian harus merelakan kapten Romain Saiss pergi meninggalkan lapangan karena cedera jauh sebelum babak kedua usai, pelatih Walid Regragui meninggalkan formasi defensif itu dengan menggantikannya dengan formasi ofensif 4-3-3 seperti dipasang lawannya, Prancis.

Segera setelah itu mereka nyaris menyamakan kedudukan ketika tendangan salto bek Jawad El Yamiq membentur tiang gawang ketika kiper Prancis Hugo Lloris sudah mati langkah.

Andai Maroko tidak dibelit masalah cedera, termasuk bek kiri Bayern Muenchen Noussair Mazraoui yang mesti diganti pada babak kedua karena cedera, mungkin akhir pertarungan antara dua negara yang memiliki ikatan sejarah dan budaya teramat kuat itu akan lain ceritanya.

Seperti sudah dilakukan Inggris dalam perempat final, Maroko berhasil menjinakkan Kylian Mbappe si bomber yang piawai memanfaatkan sekecil apa pun peluang untuk menusuk lewat sprint-nya yang tak ada duanya.

Mbappe berhasil diimbangi salah satunya oleh sahabatnya sendiri yang sama-sama pemain Paris Saint Germain, Achraf Hakimi.

Tahu ajimatnya dibidik seperti Inggris dalam perempat final, pelatih Didier Deschamps menarik Giroud dan menukarnya dengan Marcus Thuram yang posisi alaminya memang di sayap kiri serangan.

Baca juga: Puja-puji Deschamps untuk Giroud, pencetak gol terbanyak Prancis

Perubahan ini membuat Mbappe bergeser ke tengah tepat di depan Griezmann.

Perubahan ini berhasil. Dari sini pula pertahanan Maroko yang sudah keropos oleh rangkaian cedera tetapi tetap dengan penuh wira meladeni lawannya sampai detik terakhir, kebobolan untuk kedua kalinya.

Mbappe menusuk setelah dikirimi bola oleh Thuram untuk kemudian mengumpan Randal Kolo Muani yang menceploskan bola ke gawang lebih cepat dari reaksi penjaga gawang Maroko Yassine Bounou.

Bahkan dalam keadaan terdesak dan tertinggal 0-2 Maroko tak mengendurkan tekanan. Singa Atlas ini sungguh bertarung bagaikan singa lapar yang pantang menyerah sebelum peluit panjang dibunyikan wasit.

Itu pula salah satu etos mereka yang membuat mereka dikagumi banyak orang, selain juga kepercayaan diri mereka yang tinggi, sekalipun teknik dan keterampilan bermain mereka tak jauh berbeda dari tim-tim mapan Eropa dan Amerika Selatan.

Ini bukan sentimen karena sesama negara dunia ketiga, tetapi lebih karena level teramat bagus apa yang telah diperagakan Maroko selama turnamen yang berlangsung di Qatar sampai 18 Desember nanti itu.

Kalau Korea Selatan pada 2002 melakukan semuanya di tanah airnya sendiri dan dilatih oleh seorang yang bukan orang Korea, Guus Hiddink, maka Maroko melakukan kebalikan yang dilakukan Korea Selatan.

Maroko nyaris ke final walau tampil jauh dari tanah airnya dan dilatih oleh Walid Regrarui yang walau dilahirkan di Prancis adalah juga warga mereka sendiri. Seperti banyak warga Maroko lainnya, Regrarui berdwikewarganegaraan Maroko-Prancis.

Jika disimak lebih dalam pemilihan Regrarui adalah juga bentuk kepercayaan diri.

Pada banyak hal sepak bola sering bukan semata teknik dan keterampilan, tetapi juga soal kepercayaan diri, dan tentunya etos kerja dan dedikasi. Aspek inilah yang ditunjukkan oleh hampir seluruh skuad Maroko, termasuk Regrarui.

Baca juga: Regragui bangga upaya gigih Maroko walau kalah di semifinal

Selanjutnya: Teladan Sofyan Amrabat

Copyright © ANTARA 2022