Jakarta (ANTARA) - Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP) dan Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra (Belt and Road Initiative/BRI) merupakan kontributor bagi upaya pemulihan ekonomi regional maupun global, kata sejumlah akademisi di Phnom Penh, Kamboja, pada Selasa (20/12).

Mulai berlaku pada awal tahun ini, RCEP beranggotakan 15 negara Asia-Pasifik, termasuk 10 negara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (Association of Southeast Asian Nations/ASEAN) dan lima mitra dagang mereka, yaitu China, Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Selandia Baru.

Berbicara pada konferensi internasional tahunan ke-17 tentang "Tatanan Dunia Baru: Persaingan, Integrasi, dan Multipolaritas", ekonom senior Ky Sereyvath, yang juga menjabat Direktur Jenderal Institut Kajian China di Akademi Kerajaan Kamboja, mengatakan RCEP menyediakan akses pasar yang lebih besar untuk semua negara peserta dengan tarif preferensial.

Dia mengatakan RCEP mendorong kerja sama regional yang lebih besar dalam perdagangan dan investasi, serta memudahkan pergerakan lintas perbatasan.
 
   "Kesepakatan perdagangan regional ini membuat pasar tetap terbuka, memperkuat integrasi ekonomi regional, mendukung sistem perdagangan yang terbuka, bebas, adil, dan inklusif, serta pada akhirnya, berkontribusi pada upaya pemulihan global," ujarnya


"Kesepakatan ini membantu menciptakan peluang bisnis dan lapangan kerja baru, memperkuat rantai pasokan di kawasan tersebut, serta mendorong partisipasi usaha mikro, kecil, dan menengah dalam rantai nilai regional dan pusat produksi," imbuh Sereyvath.

Menurut Bank Dunia, RCEP mencakup 2,3 miliar orang atau 30 persen dari populasi dunia, menyumbangkan 25,8 triliun dolar AS (1 dolar AS = Rp15.608) atau sekitar 30 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) global, dan menyumbang 12,7 triliun dolar AS atau lebih dari seperempat perdagangan barang dan jasa global.

Joseph Matthews, seorang profesor senior di Universitas Internasional BELTEI di Phnom Penh, mengatakan blok perdagangan terbesar di dunia tersebut menyediakan kerja sama win-win dan saling menguntungkan bagi semua negara partisipan.

"RCEP tidak hanya mendorong integrasi ekonomi regional yang lebih besar, tetapi juga menekankan komitmen yang tak tergoyahkan dari semua negara anggota terhadap perdagangan bebas dan multilateralisme," katanya.

"RCEP tidak seperti Kerangka Kerja Ekonomi Indo-Pasifik (Indo-Pacific Economic Framework/IPEF) pimpinan AS, yang merupakan grup untuk merusak pembangunan ekonomi regional dan menciptakan konflik di kawasan Asia-Pasifik," imbuhnya.

Selama konferensi tersebut, para analis juga menyinggung soal pentingnya BRI. Matthews mengatakan BRI memainkan peran penting dalam membantu banyak negara meredam kemunduran ekonomi.

"BRI akan menjadi mesin baru bagi pertumbuhan ekonomi global," katanya. "BRI akan terus meningkatkan kerja sama regional dan global dalam hal infrastruktur keras dan lunak, ekonomi, perdagangan, peluang investasi, pertukaran budaya, serta konektivitas antarmasyarakat." 

 

Pewarta: Xinhua
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2022