"Saat terjadi krisis, Indonesia sempat mengalami lonjakan luar biasa untuk kebutuhan oksigen. Dalam waktu kurang dari empat pekan bisa diatasi dengan memanfaatkan modal sosial dari masyarakat Indonesia," kata Budi Gunadi Sadikin dalam Rapat Kerja bersama Komisi IX DPR RI yang diikuti dalam jaringan di Jakarta, Selasa.
Baca juga: Satgas BUMN Jatim kembali salurkan bantuan oksigen 31 ton
Ia mengatakan krisis oksigen terjadi pada kurun Juli 2021 yang ditandai dengan kemunculan Varian Delta. Tak kurang dari 87 ribu tempat tidur perawatan pasien terpakai di seluruh rumah sakit.
Lonjakan itu memicu kebutuhan oksigen mencapai lebih dari 2.000 ton per hari dari kemampuan suplai nasional maksimal 1.500 ton per hari.
Strategi yang ditempuh Kemenkes pada saat itu dengan cara melibatkan perusahaan pengolah oksigen start up swasta untuk menyuplai 5.000 ton oksigen cair untuk disalurkan menuju 500 fasilitas rumah sakit.
Kolaborasi itu juga menghasilkan bantuan 81 isotank yang sebagian didonasikan serta pinjam pakai untuk kebutuhan pasien, berikut 18.000 konsentrator berkapasitas 5-10 liter per menit hasil donasi.
Pihak swasta juga mendonasikan 36 unit generator berkapasitas 200--300 liter per menit yang didistribusikan ke berbagai fasilitas layanan kesehatan.
"Terus terang, perusahaan swasta, asing, pemerintah pusat dan daerah semua bekerja sama dan dalam waktu sebulan kita bisa tanggulangi kekurangan oksigen ini," katanya.
Baca juga: Warga Jawa Barat bisa pinjam tabung oksigen lewat OMAT
Baca juga: Komunitas Changi Airport sumbang konsentrator oksigen untuk Indonesia
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2023