Jakarta (ANTARA News) - Kepala Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Aceh-Nias, Kuntoro Mangkusubroto, memprihatinkan adanya sejumlah orang berbuat kriminal di tengah kesusahan ribuan korban tsunami di Aceh-Nias, karena ada sekeluarga yang mendapat sembilan rumah. "Saya mendapat laporan ada satu keluarga yang sampai mendapat sembilan rumah di tengah ribuan orang pengungsi yang belum mendapat rumah," katanya kepada wartawan di Gedung DPR, Jakarta, Senin. Kuntoro mengatakan, pihaknya akan bekerjasama dengan polisi untuk mengusut pelaku kriminal yang melakukan manipulasi data, sehingga ada satu keluarga yang mendapat sembilan rumah. BRR Saat ini sedang menyelenggarakan Pameran Foto Setahun Rekonstruksi Aceh dan Nias di lobi Gedung DPR, yang acaranya diresmikan oleh Ketua DPR, Agung Laksono. Ia mengemukakan, BRR Saat ini telah membangun 41.000 rumah sementara bagi korban tsunami di Aceh dan Nias, karena jumlah keluarga yang kini tinggal di tenda dan membutuhkan rumah masih mencapai 80.000 keluarga. Kuntoro mengatakan, saat ini BRR baru menyelesaikan 25 persen dari tugas yang dibebankan berdasar Undang-Undang (UU) BRR, dan diamanatkan berkerja sampai 2009. Sementara itu, Ketua Tim Pemantau Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh-Nias DPR, Muhaimin Iskandar, mengatakan bahwa BRR harus memperlihatkan kredibilitasnya untuk menjadi citranya di mata donatur dalam dan luar negeri. Hal senada dikemukakan pula oleh Ketua DPR, Agung Laksono, yang mengingatkan bahwa dana dari masyarakat, baik dalam maupun luar negeri, sampai saat ini tidak mudah diaudit. "Kalau yang dari APBN, bisa diaudit BPK," kata Agung. BRR telah mendapat alokasi Rp8,6 triliun dan yang sudah ditenderkan sebanyak Rp1,9 triliun. Pada kesempatan terpisah, Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Anwar Nasution, telah menyerahkan hasil auditnya atas kinerja BRR kepada DPR, yang antara lain menemukan adanya dana ratusan miliar rupiah belum bisa dipertanggungjawabkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006