Di kawasan Asia Tenggara (ASEAN) dan Indo-Pasifik, lautan memiliki nilai ekonomi yang besar dan telah mendapat perhatian yang meningkat sebagai area potensial untuk pengembangan
Jakarta (ANTARA) - Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Perekonomian Edi Prio Pambudi menyampaikan sumber daya laut yang menjadi bagian dari ekonomi biru mampu menguntungkan sektor industri seperti bioteknologi, energi, perikanan, pariwisata, dan transportasi.

“Di kawasan Asia Tenggara (ASEAN) dan Indo-Pasifik, lautan memiliki nilai ekonomi yang besar dan telah mendapat perhatian yang meningkat sebagai area potensial untuk pengembangan. Nilai barang dan jasa (di lautan) diproyeksikan sebesar 2,5 triliun dolar AS, sedangkan nilai pasar sumber daya laut dan pesisir mencapai 3 triliun dolar AS per tahun atau menyumbangkan 5 persen terhadap Produk Domestik Bruto ekonomi global,” kata dia dalam acara Multi-Stakeholder Dialogue on the Development of the ASEAN Blue Economy Framework di Belitung, Bangka Belitung, yang dipantau secara virtual, Jakarta, Rabu.

Baca juga: KKP: Ekonomi biru mampu tumbuhkan industri hilirisasi sektor perikanan

Karena itu, lanjut Edi, penting bagian ASEAN untuk mengatasi berbagai tantangan politik dan sosial-ekonomi di sektor kelautan. Misalnya, kejahatan lintas negara, kapasitas keuangan dan teknologi yang tak memadai, perubahan iklim, penangkapan ikan berlebihan, dan polusi.

“Menyadari pentingnya ekonomi biru bagi ekonomi regional dan tantangan yang harus dihadapi, para pemimpin ASEAN sepakat pada KTT (Konferensi Tingkat Tinggi) ASEAN ke-38 tahun 2021 untuk mengadopsi deklarasi ekonomi biru. Negara anggota berkomitmen untuk membuka jalan bagi penggunaan sumber daya laut yang berkelanjutan dan inklusif,” ungkapnya yang juga menjabat sebagai Chair High-Level Task Force on Economic Integration (HLTF EI).

Lebih lanjut, Pulau Belitung dianggap sebagai gambaran kekayaan sumber bahan mineral, seperti adanya rare earth, logam, dan silika. Selain itu, daerah tersebut memiliki Geopark yang ditetapkan menjadi Unesco (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) Global Geopark.

Indeks polusi di Pulau Belitung dikatakan pula sangat rendah. Fakta ini menggambarkan keseimbangan antara pembangunan dan keberlanjutan (sustainability) sebagaimana kerangka ekonomi biru ASEAN.

“Kita harus membantu mendanai pembangunan ekonomi berkelanjutan di kawasan dan mendukung inisiatif keberlanjutan masyarakat ekonomi ASEAN. Itu adalah kerangka ekonomi sirkular untuk ASEAN dan strategi ASEAN tentang netralitas karbon,” ucap Edi.

Pada akhirnya, kerangka kerja ekonomi biru dianggap akan memperkuat komitmen ASEAN untuk memimpin kerja sama regional di bidang ekonomi biru dengan berfokus pada penciptaan nilai yang mempromosikan inklusifitas dan memastikan keberlanjutan.

Menurut dia, pengembangan kerangka ekonomi biru ASEAN dilakukan tepat waktu dan selaras dengan pandangan ASEAN di Indo-Pasifik. ASEAN Outlook on the Indo-Pacific (AOIP) yang turut memperkuat kerja sama dan pembangunan maritim berkelanjutan, sembari menavigasi posisi ASEAN di dunia global dalam menghadapi dinamika di Indo-Pasifik.

Dalam kompetisi yang semakin meningkat, ASEAN dinilai perlu membuka kembali dinamika eksternal sambil mempertahankan sentralitas dan persatuan.

“Inisiatif kita di Indo-Pasifik harus dirampingkan dengan AOIP, termasuk ekonomi biru, yang diharapkan dapat menarik kepentingan eksternal seiring perkembangannya. Marilah kita sekarang bekerja atas dasar saling melengkapi, bukan atas kontestasi pelengkap,” ujar Chair HLTF EI.

Baca juga: RI - Seychelles kolaborasi tingkatkan SDM dukung ekonomi biru

Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2023