Perpustakaan dapat dijadikan ruang publik untuk berlatih secara kontekstual, keterampilan, kecakapan, dan berbagi pengalaman,
Jakarta (ANTARA) - Data Badan Pusat Statistik pada tahun 2022 menyebutkan rata-rata lama sekolah penduduk Indonesia hanya 8,69 tahun atau mengenyam pendidikan sampai pada jenjang sekolah menengah pertama (SMP).

Kondisi itu tidak cukup untuk menjadikan masyarakat Indonesia memiliki bekal untuk dapat berdaya saing.

"Untuk itu, perpustakaan harus dapat menjadi ruang publik sehingga masyarakat dapat meningkatkan pengetahuan dan kompetensi dirinya, " ujar Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Joko Santoso.

Melalui perpustakaan, maka pendidikan orang dewasa dapat terus berjalan. Perpustakaan menjadi ruang publik terbuka untuk saling berbagi pengalaman dan juga meningkatkan kompetensi dirinya sesuai dengan bidang yang ingin ditekuninya.

Dalam hal ini, perpustakaan bersifat inklusif. Masyarakat dapat mengunjungi perpustakaan dan belajar sesuai dengan potensi diri dan daerahnya.

Buku-buku yang disediakan perpustakaan juga memiliki sifat pragmatis dan tepat guna.

Perpustakaan Nasional sendiri memiliki program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS) yang didukung oleh Bappenas sejak 2018. Program tersebut bertujuan untuk menciptakan masyarakat sejahtera melalui transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial. Sejahtera dalam hal ini menunjuk ke keadaan yang baik.

Joko mengingatkan untuk mencapai hal itu, tidak hanya sekadar membangun budaya literasi. Tetapi juga ekosistem literasi. Oleh karena itu, perlu adanya peran sejumlah pemangku kepentingan termasuk pemerintah daerah.

"Perpustakaan saat ini dapat dijadikan sebagai ruang publik bagi masyarakat untuk berlatih secara kontekstual, keterampilan, kecakapan, dan berbagi pengalaman, sehingga buku-buku yang ada jenisnya harus praktis, pragmatis, dan tepat guna,” imbuh Ketua Panitia Rakornas Bidang Perpustakaan 2023 itu.

Keberhasilan dari program TPBIS dirasakan oleh masyarakat pada banyak daerah. Contohnya, kisah seorang pemulung di Bali, yang kemudian belajar membuat sabun aromaterapi melalui perpustakaan dan berhasil meningkatkan kesejahteraan dirinya dan keluarganya.

Joko menambahkan bahwa kesuksesan program TPBIS terletak pada tim sinergi yang dibentuk. Tim sinergi ini merupakan gabungan dari pegiat literasi, akademikus, dan dinas lain di daerah yang dikuatkan dengan SK kepala daerah.

“Salah satu keberhasilan dari tim sinergi yakni mereka berhasil melakukan advokasi terkait dengan penggunaan dana desa untuk pembangunan perpustakaan,” terangnya.

Joko menambahkan, konsolidasi, sinergi, dan koordinasi antarpemangku kepentingan di bidang perpustakaan, baik pusat maupun daerah, secara intens harus dilakukan sehingga perpustakaan dapat memberikan peran strategis dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Sekretaris Utama Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Ofy Sofiana, mengatakan esensi dari TPBIS berupaya mengurangi kemiskinan masyarakat marginal melalui pendayagunaan perpustakaan umum di daerah di Indonesia.

Program TPBIS ke depan diharapkan mampu secara berkesinambungan memvalidasi bahwa keberadaan perpustakaan menjadi sektor pendukung dalam pemulihan sektor ekonomi di Indonesia.

“Perpustakaan mampu menjadi sektor pendukung dalam pemulihan sektor ekonomi,” tegas Ofy.

Saat ini, program TPBIS sudah terdapat di 296 kabupaten/kota di 30 provinsi di Tanah Air.. Jumlah tersebut dinilai masih kurang dan belum menjamah desa-desa di Indonesia yang mencapai 81.616 desa.

Perpusnas juga telah melakukan bimbingan teknis pada 1.804 staf perpustakaan daerah dan 2.196 pengelola perpustakaan desa, serta melatih 79 master trainer dan 415 fasilitator daerah.

Sebanyak 2.133.918 anggota masyarakat juga telah mengikuti 85.776 kegiatan pelibatan masyarakat di perpustakaan. Replikasi mandiri dilakukan di 18 kabupaten/kota dan 1.125 desa atau kelurahan.

"Dengan keberhasilan TPBIS di berbagai daerah, banyak daerah lainnya yang turut mereplikasi secara mandiri program tersebut karena dinilai bermanfaat dalam mensejahterakan masyarakat, " jelas Ofy lagi.

Kepala Perpustakaan Nasional, Muhammad Syarif Bando, mengatakan kemampuan literasi merupakan kedalaman pengetahuan seseorang pada satu subjek ilmu tertentu yang parameternya digunakan untuk memproduksi barang dan jasa yang dipakai dalam kompetisi global.


Buku ilmu terapan

Pemerintah daerah didorong agar dapat menghadirkan buku ilmu terapan di perpustakaan karena dapat dimanfaatkan masyarakat untuk mengelola kekayaan alam di sekitarnya.

"Perpustakaan melalui buku-buku ilmu terapan harus mampu mengantarkan bangsa Indonesia menjadi negara produsen,"  kata Syarif.

Saat ini, program TPBIS menjadi program prioritas nasional dengan jumlah mitra sepanjang 2023 sebanyak 450 perpustakaan desa atau kelurahan. Pada Januari 2023, tercatat sebanyak 1.661 kegiatan pelatihan telah dilakukan dengan melibatkan 70.165 peserta.

Sejumlah kegiatan yang dilakukan antara lain kelas berhitung di Perpustakaan Daerah Kabupaten Manokwari, Papua. Kelas komputer di Perpustakaan Desa Kian Laut, Kabupaten Seram Bagian Timur, Maluku. Kemudian kelas bahasa Inggris di Perpustakaan Desa Loang Malaka, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat.

Kelompok masyarakat difabel juga mendapatkan pelatihan kerajinan tangan di perpustakaan Kota Salatiga.

Perpusnas akan menyelenggarakan Rakornas Bidang Perpustakaan 2023 yang berlangsung di Jakarta, pada 6 Maret hingga 7 Maret 2023.

Rakornas diharapkan dapat menghasilkan kebijakan dan/atau rekomendasi serta rencana program dan kegiatan tahun berikutnya.

Rakornas bidang perpustakaan 2023 mengusung tema “Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial untuk Kesejahteraan, Solusi Cerdas Pemulihan Ekonomi Masyarakat Pasca Pandemi COVID-19”.

Ofy Sofiana menjelaskan Rakornas difokuskan pada upaya Perpusnas memperkuat program TPBIS sebagai solusi dalam pemulihan ekonomi masyarakat pasca pandemi COVID-19. Perpustakaan dituntut untuk memiliki inovasi, kreativitas, rancangan dan interaktivitas, serta perubahan pola pikir.

“Rakornas tahun 2023 memang difokuskan pada upaya Perpusnas untuk memperkuat program TPBIS karena di tahun ini kita sedang berupaya bangun dari dampak pandemi COVID-19 sehingga program TPBIS perlu dilakukan dalam rangka pemulihan masyarakat,” kata Ofy lagi.

Dalam Rakornas itu juga akan diluncurkan aplikasi BintangPusnas yang merupakan platform aplikasi terintegrasi dengan superapp Perpusnas dalam meningkatkan akses dan konten digital perpustakaan sekolah atau madrasah serta perguruan tinggi. Aplikasi itu juga bertujuan mendukung program Merdeka Belajar yang diinisiasi oleh Kemendikbudristek, serta percepatan pembinaan perpustakaan. 










 

Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2023