Jakarta (ANTARA) - Sejak akhir tahun 1980-an, sejumlah aksi kekerasan, teror, provokasi etnis, dan penggunaan militer dilakukan Armenia untuk mewujudkan klaim teritorial yang tidak berdasar dan ilegal terhadap Azerbaijan.

Tindakan tersebut dimulai dengan adanya penyerangan terhadap penduduk Azerbaijan, baik di wilayah Nagorno-Karabakh Azerbaijan, maupun di wilayahnya sendiri, kemudian dilanjutkan dengan agresi militer ke Azerbaijan sejak tahun 1991.

Puncaknya yakni pembunuhan brutal ribuan warga sipil maupun pembersihan etnis sekitar 1 juta penduduk asli Azerbaijan dari rumah mereka dan wilayah pendudukan Azerbaijan, serta penghancuran dan penjarahan di wilayah yang direbut itu.

  Di bawah Armenia, para penganut ideologi chauvinisme dan organisasi ekstremis, mereka telah merencanakan dan melakukan berbagai macam kerusuhan antaretnis di wilayah lain di Azerbaijan, yang dilakukan sebagai sarana kampanye anti-Azerbaijan yang ekstensif, guna menutupi pengusiran massal penduduk asli Azerbaijan dari Armenia, memisahkan Karabakh dari Azerbaijan, serta aneksasi yang melanggar hukum dan penggunaan kekerasan.

Saat itu, puncak kerusuhan antar etnis terjadi di Sumgayit pada bulan Februari 1988 dan hal tersebut merupakan provokasi yang disengaja.

Pada tahun 1988, Sumgayit berjarak sekitar 30 kilometer jauhnya dari kota Baku, merupakan kota multinasional karena penduduk setempat berasal dari 15 negara yang berbeda.

Total populasi saat itu yakni 258.000, yang mana 18.000 adalah etnis Armenia. Tidak ada ketegangan antaretnis terjadi di Sumgayit sampai 1988.

Saat ini, Sumgayit terus mempertahankan karakternya seperti kota-kota lain di Azerbaijan.

Pada 26 Februari, terdapat adanya unjuk rasa warga di alun-alun pusat Kota Sumgayit, terkait pembunuhan dua orang Azerbaijan yang ditembak di wilayah Nagorno-Karabakh pada 22 Februari 1988.

Melalui tindakan ekstrem dan provokasi, protes tersebut dihasut hingga menjadi kerusuhan.

Untuk menyelidiki kerusuhan, Kantor Kejaksaan Agung Uni Soviet saat itu membuka kasus kriminal tersebut, membuat kelompok investigasi operasional khusus yang dipimpin oleh penyidik kasus kriminal penting, yakni Vladimir Galkin, yang terdiri atas 231 penyidik dan jumlah operasi yang sama dari berbagai bagian Uni Soviet dibentuk.

Seperti terungkap pada penyelidikan Kejaksaan Agung Uni Soviet, kerusuhan merenggut nyawa sebanyak 32 orang, 26 di antaranya adalah penduduk Armenia, dan 6 orang Azerbaijan.

Dengan adanya putusan pengadilan, 92 orang dijatuhi hukuman penjara dalam kurun waktu lama, dan satu orang dijatuhi hukuman mati.

Namun, investigasi yang dilakukan oleh Kejaksaan Agung Uni Soviet hanya mengidentifikasi beberapa pelaku kerusuhan di Sumgayit dan memberikan hukuman kepada mereka melalui keputusan pengadilan.

Di bawah tekanan kepemimpinan politik Uni Soviet dan Komite Keamanan Negara (KGB), penyelidikan Uni Soviet gagal mencapai kesimpulan logis dan gagal menentukan siapa yang memerintahkan dan mengorganisasi  kerusuhan Sumgayit.

Sebagai manifestasi dari tujuan politik Azerbaijan yang tegas untuk menyelidiki esensi sebenarnya dari kasus kriminal tersebut, sejumlah upaya dilakukan oleh Kejaksaan Agung Uni Soviet.

Atas perintah Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev dan keputusan Kejaksaan Jenderal Republik Azerbaijan pada 19 Maret 2010, lima proses pidana di bekas Kantor Kejaksaan Agung Uni Soviet tentang kerusuhan massal di Sumgayit ditangguhkan, dan digabungkan menjadi satu kasus pidana.

Penyelidikan tersebut kemudian dilakukan oleh kelompok penyidik-operasional di bawah Deputi I Kejaksaan Agung yang terdiri dari penyidik dan pelaksana Kejaksaan, Kementerian Dalam Negeri, dan Dinas Keamanan Negara.

Analisis bukti yang dikumpulkan oleh kelompok investigasi ini menegaskan bahwa tragedi Sumgayit dinilai sebagai provokasi terhadap Azerbaijan yang dilakukan oleh dinas keamanan Armenia dan Komite Keamanan Uni Soviet.

Negara itu dan dukungannya terhadap kepemimpinan politik Uni Soviet, memahami ilegalitas pemisahan Nagorno-Karabakh dari Azerbaijan berdasarkan Konstitusi Soviet, telah menggunakan provokasi tersebut untuk membenarkan gagasan ketidakmungkinan koeksistensi lebih lanjut antara penduduk Armenia dan penduduk Azerbaijan.

Kepentingan Komite Keamanan Negara Uni Soviet dalam melakukan provokasi tersebut didorong oleh tujuan untuk mengacaukan situasi di wilayah periferal Soviet untuk memotong aspirasi sentrifugal yang semakin intensif, membenarkan metode represif, serta untuk menunjukkan bahwa Soviet tidak dapat bertahan sendiri tanpa adanya kekuatan terpusat dari Uni Soviet.

Kerusuhan dan provokasi yang sama juga dilakukan oleh KGB di Osh (Kyrgyzstan), Fergana (Uzbekistan), Tbilisi (Georgia), Vilnius (Lithuania), dan bagian periferal Uni Soviet lainnya.

Terlepas dari kenyataan bahwa pada malam kerusuhan terjadi, dan selama peristiwa tersebut terjadi di Sumgayit dan area sekitarnya, terdapat adanya personel yang cukup dan peralatan mekanis dari Pasukan Internal Kementerian Dalam Negeri Uni Soviet, serta pasukan pertahanan.

Namun, tidak ada tindakan pencegahan yang diambil oleh mereka untuk mengendalikan situasi tersebut.

Penyerangan yang dilakukan ke apartemen dan tindakan kekerasan lainnya dilakukan berdasarkan daftar penghuni yang telah disiapkan sebelumnya dan telah direncanakan di bawah kepemimpinan dan komando Eduard Grigoryan, yang berulang kali dihukum, yang merupakan seorang etnis Armenia dan penduduk kota Sumgayit.

Adapun penduduk Armenia yang menjadi sasaran adalah penduduk yang menolak untuk menyumbang ke komite rahasia "Krunk" dan "Karabakh" Armenia yang mencari pemisahan Nagorno-Karabakh dari Azerbaijan.

Selama kerusuhan, Grigoryan melakukan kekejaman terhadap orang Armenia dan diidentifikasi sepenuhnya oleh saudara perempuan Majlumian Armenia, yang menjadi sasaran pemerkosaan.

Grigoryan dijatuhi hukuman penjara dengan keputusan pengadilan, namun setelah runtuhnya Uni Soviet, ia dipindahkan ke penjara Armenia dan segera dibebaskan dalam keadaaan yang mencurigakan.

Menurut penyelidikan yang sedang berlangsung, dia dituduh melakukan pembunuhan yang disengaja dalam keadaan yang memberatkan, pemerkosaan berkelompok dan kejahatan berat lainnya dan dengan keputusan pengadilan, tindakan pencegahan dalam bentuk penangkapan dipilih, dan dia dinyatakan sebagai buronan oleh Interpol.

Alamatnya saat ini telah diidentifikasi dengan cara operatif dan telah diketahui publik.

Namun, Grigoryan yang saat ini berada di bawah naungan dinas intelijen Armenia terus hidup bebas di negara ketiga.

Bahan investigasi menunjukkan bahwa jika bukan humanisme dan keberanian penduduk Azerbaijan di Sumgayit, skala gangguan dapat lebih besar.

Kesaksian saksi mata Armenia membuktikan bahwa puluhan orang Armenia dilindungi dan diselamatkan oleh keluarga Azerbaijan selama kerusuhan.

Terlepas dari kontrol khusus dan penyensoran Uni Soviet pada perekaman foto-video, secara mengejutkan pembuatan foto/video dari peristiwa tersebut dilakukan dengan peralatan perekam yang telah dipasang sebelumnya dan segera dibawa keluar dari wilayah Uni Soviet dan disebarluaskan oleh organisasi lobi Armenia, sebagai bagian dari propaganda melawan Azerbaijan.

Meskipun peristiwa di Sumgayit sengaja digunakan untuk propaganda dan disinformasi terhadap Azerbaijan oleh Armenia sebagai hasil dari langkah-langkah yang diambil oleh Pemerintah Azerbaijan dan bahan investigasi yang objektif, dan berdasarkan fakta telah dibuktikan dengan cukup dan tak terbantahkan, bahwa kerusuhan Sumgayit diorganisasi oleh nasionalis chauvinis Armenia dan dukungan mereka untuk mencapai niat jahat mereka.

Saat ini, untuk mengidentifikasi dan mengusut semua organisator dan pelaku kerusuhan Sumgayit serta mengungkap dukungan terhadap mereka, tindakan investigasi-operatif terus dilakukan oleh kelompok investigasi.



   

  *)Jalal Mirzayev adalah Duta Besar Azerbaijan untuk Indonesia.

  Artikel ini merupakan opini penulis, dan tidak mewakili kebijakan atau keberpihakan Perum LKBN Antara.





 

Copyright © ANTARA 2023