..program serupa akan dilaksanakan dan dikembangkan lagi pada Ramadhan tahun depan.
Tokyo (ANTARA) - Sekolah Republik Indonesia Tokyo (SRIT) kembali menggelar pesantren kilat mulai Jumat (24/3) setelah dua tahun ditiadakan akibat pandemi COVID-19.

“SRIT tahun ini mengadakan pesantren kilat di empat jenjang, TK, SD, SMP dan SMA secara terjadwal mulai hari ini,” kata Kepala Sekolah SRIT Ari Driyaningsih saat ditemui di Tokyo, Jumat.

Ari mengatakan pihaknya memanfaatkan momentum Ramadhan untuk menambah wawasan keagamaan, bukan hanya untuk Muslim melainkan juga non-Muslim.

Lebih lanjut, dia menjelaskan, saat siswa-siswi yang beragama Islam mengikuti pesantren kilat, siswa-siswi pemeluk agama Kristen, Katolik, Hindu dan Budha juga mendapatkan pelajaran tambahan tentang agama masing-masing.

“Sayang sekali ‘kan Ramadhan jika kita tidak melaksanakan kegiatan keagamaan. Walaupun sebentar, kita berusaha memberikan ilmu yang lebih tentang Islam dan non-Islam,” ujarnya.

Materi yang diajarkan, yakni tentang shalat, puasa dan zakat karena tiga yang terangkum dalam rukun Islam itu merupakan hal fundamental yang harus dipahami dan dilaksanakan.

“Karena keterbatasan waktu, kami fokuskan materi shalat, zakat dan puasa karena itu materi yang pokok, apalagi shalat karena itu tiang agama, jadi harus tahu betul,” kata Ari.

Sesi pesantren kilat di tiap jenjangnya berdurasi 60 menit selama dua hari masing-masing jenjang mulai 24 hingga 30 Maret 2023.

Di hari kedua juga diadakan buka bersama dengan menggelar pengajian sebelumnya pada pukul 16.00 waktu setempat.

Materi yang diberikan pun disesuaikan dengan jenjang pendidikan, yakni materi tentang puasa akan disesuaikan bagi siswa SMA dengan siswa SD.

Pengajar yang terlibat dalam kegiatan pesantren kilat ini, yaitu guru-guru SRIT, ustaz dari Masjid Indonesia Tokyo (MIT) serta peserta pengabdian pada masyarakat dari IDN Boarding School.

Ari mengatakan kegiatan pesantren kilat disambut antusias, terutama oleh para orang tua karena pelajaran tambahan tentang agama yang memang dibutuhkan, terutama di negara minoritas Muslim.

“Orang tua tentu kalau masalah agama itu sangat mendukung,” ujarnya.

Karena itu pula, dia mengatakan program serupa akan dilaksanakan dan dikembangkan lagi pada Ramadhan tahun depan.

“Insya Allah menjadi program rutin kami. Biasanya setelah kegiatan ada evaluasi mana yang mungkin belum sesuai harapan, kami perbaiki di tahun yang akan datang,” kata Ari.

Baca juga: Madrasah Diniyah perdana dibuka di Masjid Indonesia Tokyo
Baca juga: Wali Kota Meguro jajaki kerja sama dengan Sekolah Indonesia Tokyo
Baca juga: Atdikbud: Visibilitas sekolah Indonesia Tokyo penting bagi diplomasi


Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2023