Surabaya (ANTARA News) - Duta Besar AS untuk Indonesia, Scot Marciel mengatakan Jawa Timur merupakan provinsi yang menempati peringkat tertinggi untuk investasi yang dilakukan pengusaha AS karena pertumbuhan ekonomi Jatim dinilai sangat tinggi.

"Peringkat Jatim yang tinggi untuk investasi itu, karena kemudahan perizinan dan arus barang yang relatif lancar akibat tingkat kepadatan pelabuhan yang tidak seramai pelabuhan lain," katanya dalam diskusi dengan pers di Kantor Konsulat Jenderal AS di Surabaya, Rabu.

Didampingi Konsul Jenderal AS di Surabaya Joaquin F Monserrate, diplomat senior AS itu menjelaskan penilaian untuk Jatim itu bukan hanya dari pemerintah AS saja, melainkan Bank Dunia juga memberi penilaian yang sama.

"Biaya merupakan salah satu faktor untuk sebuah investasi, namun ada banyak pertimbangan lain. Kami sendiri tidak tahu apa pertimbangan pengusaha, karena pemerintah dan pengusaha AS memang tidak ada pembicaraan untuk investasi atau tidak itu. Semuanya tergantung pertimbangan para pengusaha," katanya.

Mantan Deputi Asisten Menlu AS untuk Biro Asia Timur dan Pasifik itu mencontohkan sejumlah pengusaha AS yang berinvestasi di Jatim, di antaranya Monsanto.

"Kami ingin menjadikan Jatim sebagai pangkalan untuk ekspor agrikultur ke beberapa negara ASEAN," katanya.

Selain perusahaan farmasi juga ada yang berinvestasi di Jatim, lalu perusahaan tambang minyak dan gas Exxonmobile juga menanamkan modal besar-besaran di Jatim. "Kami hanya mendorong, tapi investasi terserah kepada pengusaha. Yang jelas, para pengusaha AS umumnya berinvestasi di Jatim dengan alasan pertumbuhan ekonomi Jatim yang pesat," katanya

Ditanya kemungkinan pengusaha AS akan menarik investasinya akibat nilai upah minimum yang kini mengalami kenaikan hingga 38 persen, ia mengatakan perusahaan AS itu patuh kepada aturan hukum dimanapun mereka berada.

"Setahu saya, pengusaha AS selalu memberikan upah sesuai aturan, namun naiknya upah minimum memang membuat biaya operasional makin meningkat. Semuanya tergantung keputusan dari para pengusaha," katanya.

Marciel yang pernah bertugas di Vietnam, Filipina, Hong Kong, Brasil, dan Turki itu menambahkan nilai ekspor Indonesia ke AS hingga kini masih lebih besar dibandingkan dengan nilai ekspor AS ke Indonesia.

"Nilai ekspor Indonesia ke AS mencapai 20 miliar dolar AS, sedangkan nilai ekspor AS ke Indonesia kurang dari 10 miliar dolar AS, namun semuanya sangat ditentukan kebutuhan masyarakat masing-masing negara," katanya.
(E011/S004)

Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2012