Kupang (ANTARA News) - Petani di Timor bagian barat Nusa Tenggara Timur (NTT) segera menanam padi, benih tanaman yang adaptif dengan iklim dan karakteristik wilayah, seperti padi varietas Inpari 13, dan jagung varietas Lamuru, karena telah memasuki musim hujan.

"Dua jenis benih tersebut (padi Inpari dan jagung Lamuru) berdasrakan hasil penelitian dan uji laboratorium cocok dan sangat adaftif dengan iklim dan karakteriktik wilayah di Pulau Timor dan sekitarnya, sehingga perlu segera ditanam," kata Kepala Seksi Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Timur (BPTP NTT) Yohanes Leki Seran di Kupang, Jumat.

Ia mengatakan hal tersebut terkait langkah yang dilakukan lembaga tersebut untuk membantu para petani lahan kering dan sawah tadah hujan yang hingga kini belum menanam akibat kekeringan karena kemarau panjang.

"Sekitar 3,6 dari 4,7 juta atau 80 persen petani di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) diimbau untuk segera memanami lahan yang telah disiapkan pada akhir hingga awal bulan ini, karena musim hujan telah tiba," katanya.

"Petani di Pulau Flores bagian Barat dan Sumba bagian Barat telah menanam pada akhir Oktober dan awal November lalu. Namun saat itu belum diikuti sebagian petani di Flores bagian Timur dan Tengah, Lembata serta daratan Timor dan Alor, sehingga saat ini sudah harus menanam," katanya.

Ia mengatakan berdasarkan prakiraan cuaca dan musim dari Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BKMG) belakangan ini, maka petani tidak perlu lagi menunggu atau ragu untuk menanam.

"Biasanya para petani menunggu selama satu bulan sejak awal musim hujan, baru mulai menanam, namun karena tahun ini ada penyimpangan iklim, sehingga kebiasaan itu tidak berlaku," katanya.

Ia mengatakan curah hujan yang tinggi di berbagai kabupaten dan kota di NTT sejak dua pekan terakhir, dinilai merupakan indikasi hujan akan turun rutin pada akhir tahun ini.

Melihat perkembangan musim saat ini, termasuk gejala umum di negara-negara lain, mulai wilayah Atlantik sampai Pasifik, kekhawatiran atas ramalan akan munculnya kemarau panjang akibat gelombang El Nino diduga keras tak akan terbukti.

"Memang sedikit ada indikasi fenomena alam itu, namun hanya "tiga dasarian" atau 30 hari mundur dari seharusnya petani menamam pada akhir Oktober atau awal November, terjadi kemunduruan hingga akhir November," katanya.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kupang memastikan saat ini seluruh wilayah Nusa Tenggara Timur telah memasuki musim hujan dengan intensitas curah hujan ringan hingga sedang atau diatas normal yaitu 50-150 mm.

Kepala Stasiun Klimatologi Lasiana Kupang Juli Setiyanto mengatakan meskipun hujan sudah turun merata, namun cuacanya masih menampakan anomali seperti mendung diselingi panas matahari lalu turun hujan.

"Sifat cuacanya sebentar-sebentar panas, lalu mendung lalu turun hujan. Namun ini tidak tentatif, karena musim hujan telah tiba, sehingga masyarakat disarankan untuk segera menanam tanaman palawija atau tanaman lain sesuai dengan karakteristik daerahnya masing-masing," katanya.

Ia mengatakan fenomena basah ini akan terus menguat bahkan akan terus dominan hingga Maret 2013 dan selanjutnya menuju kondisi netral pada bulan Mei 2013.

"Untuk fenomena Dipole Mode diprediksi akan berada pada kondisi netral dan negatif pada beberapa bulan ke depan, termasuk kondisi penguapan perairan Indonesia diprediksi akan terus hangat hingga Februari 2013.
(ANTARA)

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2012