Berdasarkan penelitian yang kami lakukan, pada bagian biji markisa mengandung kadar flavonoid dan polifenol yang cukup tinggi. Senyawa-senyawa tersebut memiliki khasiat sebagai antioksidan dan potensi mencerahkan kulit
Depok (ANTARA) - Tim riset dari Fakultas Farmasi Universitas Indonesia (FFUI) menghasilkan produk inovasi masker dari ekstrak biji markisa yang kaya antioksidan dan berperan penting dalam melindungi sel-sel tubuh dari efek radikal bebas yang bisa menimbulkan beragam penyakit.

"Berdasarkan penelitian yang kami lakukan, pada bagian biji markisa mengandung kadar flavonoid dan polifenol yang cukup tinggi. Senyawa-senyawa tersebut memiliki khasiat sebagai antioksidan dan potensi mencerahkan kulit," ujar Peneliti FFUI Dr. apt. Raditya Iswandana, M.Farm. dalam keterangannya, Rabu.

Seperti yang telah banyak diteliti, lanjut dia, oksidasi pada sel tubuh dapat menyebabkan banyak efek buruk, seperti memicu kanker, penyakit degeneratif, dan mempercepat penuaan dini.

Oleh karena itu biji markisa yang mengandung zat berkhasiat antioksidan dan anti-tirosinase sangat prospektif untuk digunakan pada produk perawatan kulit dalam mencegah penuaan dini, mengurangi kerutan, dan mencerahkan kulit.

Krim masker hasil inovasi Tim Riset FFUI itu dapat digunakan oleh perempuan maupun laki-laki dan digunakan pada malam hari pada wajah yang telah dibersihkan. Dr Raditya sangat menyarankan, perawatan kulit dengan antioksidan dilakukan sejak usia muda untuk mendapatkan hasil yang lebih efektif dalam mencegah penuaan dini.

Baca juga: UI jalin kerja sama dengan Mustika Ratu di bidang penelitian

Selain itu penggunaan krim masker ekstrak biji markisa secara rutin memberikan hasil yang optimal. Namun hasil dari setiap orang akan berbeda, tergantung dari kondisi kulit pengguna.

Penggunaan krim masker secara rutin selama satu bulan dapat memperlihatkan perubahan yang signifikan pada kulit, seperti kulit tampak lebih lembab, lebih sehat, dan lebih cerah. Penggunaan lebih lanjut akan menunjukkan berkurangnya noda hitam pada kulit, berkurangnya lingkaran hitam pada mata, dan berkurangnya kerutan pada kulit wajah.

"Biji markisa ini diekstrak dengan pelarut yang relatif aman dan diformulasi menjadi masker dengan bahan-bahan yang non-iritan dan aman untuk kulit. Oleh karena itu produk ini diharapkan tidak menyebabkan efek samping," kata Raditya.

Ia mengatakan pengembangan produk inovasi tersebut memerlukan waktu kurang lebih satu tahun penelitian, meliputi proses optimasi metode ekstraksi, fraksinasi, dan formulasi produk. Bersama dengan  Raditya, Tim Riset FFUI terdiri atas Prof. Dr. apt. Berna Elya M.Si. dan apt. Selvia Wiliantari M.Si.

"Harapan saya ke depannya produk ini dapat dikembangkan dan dihilirisasi menjadi suatu produk yang dapat dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat," ujarnya. 

Baca juga: UI dan Merck dirikan laboratorium penelitian life sciences

 

Pewarta: Feru Lantara
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023