Padang (ANTARA) - Akademisi sekaligus tokoh adat perempuan Minangkabau, disebut juga dengan istilah Bundo Kanduang Prof Puti Reno Raudhatul Jannah Thaib menyebutkan tiga poin utama yang harus dipahami apabila ingin belajar lebih dalam tentang adat Minangkabau.

"Pertama, filosofi adaik basandi syarak, syarak basandi Kitabullah," kata tokoh adat perempuan Minangkabau Prof Puti Reno Raudhatul Jannah Thaib di Padang, Kamis.

Hal tersebut disampaikannya saat memberikan materi dalam diskusi seni kebudayaan yang digelar Dinas Pariwisata Sumatera Barat.

Filosofi etnis Minangkabau tersebut memiliki makna bahwa masyarakat menjadikan agama islam sebagai landasan utama dalam menjalankan pola-pola kehidupan bermasyarakat.

Poin kedua, ujar tokoh Minang tersebut, seseorang yang ingin mempelajari tentang kebudayaan Minangkabau harus menggali tentang sistem kemasyarakatan atau masyarakat Minangkabau menyebutnya dengan istilah sistem kelarasan yang tergambar dalam ranji limbago adat Minangkabau.

"Terakhir, yakni mengenai sistem kekerabatan Minangkabau," ujar dia.

Bundo Kanduang yang diketahui memiliki nama pena Upita Agustine tersebut mengatakan berupaya menghindari penggunaan kata matrilineal dalam konteks sistem kekerabatan. Alasannya, dalam kosa kata bahasa Minang tidak ditemukan kata matrilineal.

Untuk istilah sistem kekerabatan, orang Minangkabau menggunakan kata paruik, mandeh, kaum. Tidak hanya itu, sistem matrilineal tersebut tidak hanya digunakan oleh orang Minangkabau saja namun juga dianut suku-suku bangsa lain.

"Makanya saya menyebut sistem kekerabatan Minangkabau itu terbentuk dari dua tali sambung," ujar dia menjelaskan.

Pertama tali sambung nasab dari ayah atau bapak dan kedua tali sambung dari rahim seorang ibu yang kemudian menjadi suku atau kaum di Tanah Minangkabau. Penegasan itu disampaikannya karena cukup banyak ditemukan persepsi yang keliru.

Sebagai contoh, adanya pandangan orang Minangkabau menganut sistem matrilineal tetapi bernasab kepada ibu. Pemikiran demikian perlu diluruskan agar masyarakat Minangkabau maupun dari di luar bisa memahami yang sesungguhnya.

"Harus kita jelaskan bahwa orang Minangkabau bernasab ke ayah dan bersuku ke ibu. Kedua tali itu tidak akan pernah putus sampai akhir nanti," ujar dia menegaskan.

Baca juga: Bundo Kanduang paparkan perilaku yang harus dihindari perempuan Minang

Baca juga: Rumah adat Minangkabau di Solok terbuat dari beton

Baca juga: Sumbar mengidentifikasi 800 jenis pakaian adat perempuan

Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2023