Jakarta, 10/1  ( ANTARA) - IFC, anggota Kelompok Bank Dunia, memberikan pendampingan teknis pada dua perusahaan Indonesia – PT Mayangkara Tanaman Industri dan PT Wana Subur Lestari – tentang tata kelola hutan tanaman secara berkelanjutan untuk membantu meningkatkan produktivitas lahan, mengurangi emisi gas karbon sebanyak kira-kira 8 juta ton per tahun di tahun 2018 dan menciptakan lapangan pekerjaan di wilayah pedesaan.

Sebagai tindak lanjut dalam perjanjian kerjasama yang ditandatangani pada bulan Agustus 2012, IFC membantu mengevaluasi penyerapan karbon dari kedua hutan tanaman di Kalimantan Barat dan mendorong kedua hutan tanaman dalam mengadopsi praktek-praktek pengelolaan hutan yang berkelanjutan terutama yang terkait dengan konservasi keanekaragaman hayati. Kedua perusahaan ini dimiliki oleh Sumitomo Forestry Co., Ltd. dari Jepang dan Alas Kusuma Group dari Indonesia.

“Kami memahami pentingnya menerapkan prinsip-prinsip kelestarian lingkungan dalam strategi bisnis kami, “ ujar Jacub Husin, presiden direktur PT Mayangkara Tanaman Industri dan PT Wana Subur Lestari. “Kemitraan dengan IFC mendukung kami dalam menyeimbangkan keuntungan ekonomi dengan tata kelola kehutanan yang berkelanjutan, dan memberikan kontribusi pada pengembangan masyarakat lokal.”

Kawasan hutan alam di Indonesia telah mengalami penurunan yang cukup siginifikan yang  berkontribusi negatif terhadap perubahan iklim dan upaya-upaya pengelolaan hutan yang berkelanjutan. Indonesia  merupakan salah satu penghasil emisi rumah kaca (GRK) terbesar di dunia dengan hampir 85% dari emisi tersebut berasal dari kerusakan hutan dan perubahan penggunaan lahan. Di samping itu, Indonesia memiliki sekitar 50 juta hektar lahan yang terdegradasi dengan tingkat keanekaragaman hayati dan cadangan karbon yang rendah.. Cadangan karbon ini merujuk pada jumlah kandungan karbon di suatu areal hutan pada jangka waktu tertentu berdasarkan kemampuan untuk menyerap dan menyimpan karbon dioksida.

Kerjasama dengan PT Mayangkara Tanaman Industri dan PT Wana Subur Lestari ini merupakan bagian dari program kehutanan yang berkelanjutan dari IFC di Indonesia. Program tata kelola kehutanan yang berkelanjutan yang dijalankan oleh IFC diluncurkan empat tahun yang lalu dan bertujuan untuk membantu perusahaan kehutanan membangun hutan tanaman yang berkelanjutan di lahan-lahan yang terdegradasi.

“Mengurangi dampak perubahan iklim merupakan salah satu wilayah fokus IFC di Indonesia,“ ujar Sarvesh Suri , IFC Indonesia Country Manager. “Kemitraan kami dengan kedua perusahaan dalam mengembangkan hutan tanaman yang berkelanjutan di lahan-lahan terdegradasi memiliki beberapa keuntungan, yaitu mengurangi emisi GRK, mengembalikan produktivitas lahan, dan menciptakan lapangan pekerjaan di wilayah pedesaan.”

IFC Advisory Services di Indonesia didukung oleh pemerintah Australia, Kanada, Finlandia, Belanda, Selandia Baru dan Swiss.

Tentang IFC
IFC, anggota Kelompok Bank Dunia, merupakan institusi pembangunan global terbesar yang berfokus sepenuhnya pada sektor swasta. Kami membantu negara-negara berkembang meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan dengan membiayai investasi, memobilisasi kapital di sektor finansial internasional, serta memberikan jasa pendampingan teknis kepada perusahaan dan pemerintah. Pada tahun fiskal 2012, nilai investasi kami mencapai $20 milyar, yang merupakan nilai tertinggi dalam sejarah IFC, guna meningkatkan peran sektor swasta dalam menciptakan lapangan pekerjaan, mendorong inovasi, dan mengatasi tantangan pembangunan yang paling kritis. Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi www.ifc.org.

Tetap Terhubung
www.ifc.org/eastasia
www.twitter.com/IFC_EAP
www.facebook.com/IFCindonesia
www.facebook.com/IFCwbg
www.youtube.com/IFCvideocasts
www.ifc.org/SocialMediaIndex
 
Untuk keterangan lebih lanjut silakan menghubungi:
Novita Patricia Wund
Communications Officer
IFC Indonesia
Telp: 08118400438
Email: NWund@ifc.org

Pewarta: Jafar M Sidik
Editor: Imansyah
Copyright © ANTARA 2013