Madrid (ANTARA News) - Seorang ahli penjinak bom Spanyol tewas Jumat dalam ledakan di Afghanistan, demikian diumumkan Kementerian Pertahanan Spanyol.

Sersan David Fernandez (35) tewas dalam ledakan bom rakitan ketika sedang melakukan misi pengintaian, kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan, lapor AFP.

Bom itu ditemukan di sebuah jalan yang menghubungkan daerah-daerah Qala-i-Naw dan Darra-i-Bun di provinsi Badghis, Afghanistan baratlaut.

Deputi Perdana Menteri Spanyol Soraya Saenz de Santamaria menyampaikan terima kasih kepada "semua anggota angkatan bersenjata atas pekerjaan mereka bagi perdamaian dan stabilitas di dunia", pada jumpa pers setelah pertemuan kabinet mingguan.

Spanyol kehilangan 100 prajurit di Afghanistan sejak menempatkan pasukan di negara itu pada 2002.

Jumlah prajurit Spanyol yang bertugas di Afghanistan sebagai bagian dari Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO kini mencapai sekitar 1.400.

Seluruh pasukan tempur NATO akan meninggalkan negara itu pada akhir 2014.

NATO bertujuan melatih 350.000 prajurit dan polisi Afghanistan pada akhir 2014 untuk menjamin stabilitas di negara itu, namun tantangan-tantangan tetap menghadang dalam proses peralihan itu.

Desersi, penugasan yang buruk dan semangat rendah termasuk diantara masalah utama yang menyulitkan para komandan NATO dan Afghanistan.

Serangan "orang dalam" oleh aparat keamanan Afghanistan terhadap rekan dan mentor NATO mereka telah menewaskan lebih dari 60 prajurit asing tahun ini, yang secara serius merongrong kepercayaan antara kedua pasukan tersebut.

Presiden Hamid Karzai dan negara-negara Barat pendukungnya telah sepakat bahwa semua pasukan tempur asing akan kembali ke negara mereka pada akhir 2014, namun Barat berjanji memberikan dukungan yang berlanjut setelah masa itu dalam bentuk dana dan pelatihan bagi pasukan keamanan Afghanistan.

Pada Oktober 2011, Taliban berjanji akan berperang sampai semua pasukan asing meninggalkan Afghanistan.

Gerilyawan meningkatkan serangan terhadap aparat keamanan dan juga pembunuhan terhadap politikus, termasuk yang menewaskan Ahmed Wali Karzai, adik Presiden Hamid Karzai, di Kandahar pada Juli 2011 dan utusan perdamaian Burhanuddin Rabbani di Kabul bulan September 2011.

Konflik meningkat di Afghanistan dengan jumlah kematian sipil dan militer mencapai tingkat tertinggi tahun lalu ketika kekerasan yang dikobarkan Taliban meluas dari wilayah tradisional di selatan dan timur ke daerah-daerah barat dan utara yang dulu stabil.

Jumlah warga sipil yang tewas meningkat secara tetap dalam lima tahun terakhir, dan pada 2011 jumlah kematian sipil mencapai 3.021, menurut data PBB.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al Qaida Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Sekitar 130.000 personel Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO yang berasal dari puluhan negara dikirim ke Afghanistan untuk membantu pemerintah Kabul memerangi pemberontakan Taliban dan sekutunya.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.

Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer.(M014)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013