Jakarta (ANTARA) - Dokter Spesialis Paru RSPI Sulianti Saroso Jakarta Faisal Rizal Matondang menyatakan bahwa riset ataupun kajian yang dilakukan secara mendalam bisa membantu menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk memahami bahaya COVID-19.

“Kalau kita belajar sama-sama mudah-mudahan kita bisa mengatasi kalau-kalau ada pandemi-pandemi yang lain,” kata Faisal dalam Siaran Sehat yang diikuti di Jakarta, Rabu.

Baca juga: Riset baru indikasikan Long COVID terkait rendahnya kadar oksigen otak

Faisal menuturkan, riset bisa dijadikan salah satu cara bagi pemerintah, dalam menyosialisasikan COVID-19 kepada masyarakat secara efektif. Sebab riset akan selalu mengupas setiap sisi baru yang tidak pernah diperkirakan ada ketika menghadapi suatu wabah.

Tiap penemuan baru akan menjadi pengenalan yang berujung pada bertambahnya ilmu bagi setiap lapisan masyarakat sampai dengan pasien yang sedang dirawat. Misalnya, ketika adanya temuan bahwa salah satu gejala COVID-19 adalah saturasi oksigen yang terus berkurang pada awal pandemi lalu.

Baca juga: Kemarin aturan riset ganja akan diterbitkan, MUI mengkaji hukumnya

Hal itu menyebabkan masyarakat lebih peduli pada kesehatannya, dengan langsung rutin memeriksa kadar oksigen dalam tubuh hingga membeli alat periksa untuk disiapkan di rumah masing-masing.

Faisal mengatakan, sama halnya ketika para ahli mengetahui bila COVID-19 yang masuk ke dalam tubuh bisa langsung merusak sel-sel dalam darah yang berujung pada pembekuan darah.

Baca juga: Lembaga riset IDEAS: Selama pandemi jumlah perokok naik

Kemudian bersama dengan pakar-pakar lainnya, RSPI Sulianti Saroso juga terus memperdalam setiap riset yang sedang berjalan baik itu soal pengembangan obat ataupun mutasi varian baru dari COVID-19.

Riset pada obat-obatan COVID-19 bisa membuka pilihan pengobatan bagi para pasien COVID-19 yang selama ini tidak cocok terhadap Avigan yang mengandung bahan aktif favipiravir ketika menjalani terapi.

“Misalnya pasien tidak cocok atau ada alergi, yang semula tidak ada pilihan karena jenis obatnya cuma satu, dengan riset ini kita jadi bisa pakai obat lain,” katanya.

Baca juga: Kemarin Menag ajukan tambahan kuota haji, BAZNAS sedia beasiswa riset

Faisal berharap pemerintah dapat terus mendorong para pakar untuk terus mengembangkan riset yang berguna dalam mengambil kebijakan untuk menghadapi pandemi di masa depan. Di sisi lain, ia juga berharap agar masyarakat bisa terus mengikuti perkembangan COVID-19 sebagai bentuk kesiapsiagaan diri dalam menghadapi sebuah wabah.

“Ini jadi pembelajaran bagi kita semua, meskipun kita harus dapatkan dengan cara yang mahal yakni melalui datangnya sebuah penyakit, tapi tidak apa-apa. Hal terpenting adalah kita smeua mau belajar,” ucap Faisal.

Baca juga: Riset: Risiko peradangan jantung pascavaksinasi COVID lebih rendah
Baca juga: Riset AS: Vaksin COVID Pfizer kurangi risiko rawat inap anak


Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2023