Kupang (ANTARA News) - Lima orang warga negara Indonesia (WNI) dari Dili, Timor Leste berhasil lolos masuk ke wilayah Timor bagian barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) melalui pintu perbatasan Motaain, di Kabupaten Belu, pada Kamis (8/6) menjelang malam, di tengah situasi keamanan yang tidak menentu di ibukota negara itu. Pelaksana Harian Kepala Kantor Imigrasi Atambua di Kabupaten Belu, Benny Hale, ketika dihubungi ANTARA dari Kupang, Jumat, membenarkan hal itu dan mengatakan, kepergian lima orang WNI dari Kota Dili itu tanpa sepengetahuan pejabat Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Dili. "Mereka tinggalkan rumah masing-masing di Dili dan Tacitolu dan menumpang angkutan umum menuju perbatasan," kata Benny Hale mengutip keterangan lima orang WNI asal Makassar, Sulawesi Selatan serta Atambua dan Kefamenanu, Timor Tengah Utara (TTU) itu. Menurut penjelasan kelima WNI itu, kata dia, pasukan asing dari Australia, Portugal, Malaysia dan Selandia Baru berjaga-jaga di semua ruas jalan di Kota Dili serta melakukan patroli sepanjang jalan Trans Timor yang menghubungkan Dili-Atambua. "Sepanjang jalan tampak sepi, namun suasananya terasa sangat mencekam," kata Benny Hale mengutip keterangan lima WNI itu. Setelah pasukan asing diterjunkan PBB ke Timor Leste untuk memulihkan situasi keamanan di Kota Dili dan sekitarnya yang terus membara sejak Perdana Menteri Mari Alkatiri memecat hampir 600 anggota tentara dari sekitar 1.400 prajurit dalam tubuh angkatan darat negara itu pada Maret lalu, semua blokade di jalanan berhasil dibersihkan oleh pasukan asing pimpinan Australia itu. Ketika jalanan mulai dibersihkan, WNI yang mencari nafkah hidup di Dili, perlahan-lahan mulai meninggalkan ibukota negara itu menuju wilayah Timor bagian barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) melalui jalan darat dengan menggunakan angkutan umum dan angkutan pribadi ke Motaain. Sejak 4 Juni lalu hingga kini, kata Benny Hale, sudah tercatat 19 orang WNI yang masuk ke Indonesia melalui pintu perbatasan darat RI di Motaain. Ia memperkirakan, WNI yang ada di Dili, baik yang masih bermukim di kediamannya masing-masing maupun yang sedang mencari perlindungan keamanan di KBRI dan Masjid An Nur di Kampung Alor di jantung Kota Dili, pasti akan terus mengalir ke perbatasan. "Pintu perbatasan darat di Motaain dan Motamasin memang masih ditutup sampai batas waktu yang tidak ditentukan, namun kami tetap membukanya bagi warga negara kita yang ingin mencari keselamatan di dalam negerinya sendiri," ujarnya. Pemerintahan Indonesia sudah mengavakuasi sekitar 1.600 warga negaranya dari Dili melalui udara dengan menggunakan dua buah pesawat Hercules milik TNI-AU menuju Kupang dari 27-30 Mei lalu. Gubernur NTT, Piet A Tallo, ketika memimpin rapat para bupati se-NTT yang dihadiri pula Wakil Gubernur Frans Lebu Raya, Danrem 161/Wirasakti Kol Inf APJ Noch Bola dan Danlantamal IX/Kupang, Laksamana Pertama Syahrin Abdurrahman di Kupang, Jumat, juga mengatakan WNI yang dievakuasi dari Dili menuju Kupang, sudah dipulangkan semuanya ke daerah asalnya masing-masing. "Mereka sempat kita istirahatkan di Arena Promosi Kerajinan Rakyat NTT di Bilangan Fatululi Kupang, namun setelah itu dipulangkan ke daerah asalnya masing-masing, baik di luar maupun di dalam daerah NTT," katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2006