Pulau Borneo ini merupakan salah satu wilayah terbesar dan memiliki keanekaragaman hayati baik flora dan fauna
Pontianak (ANTARA) - Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Kuching, Raden Sigit Witjaksono mengatakan peluang kerja sama pembangunan energi hijau atau Energi Baru Terbarukan (EBT) kawasan negara di Borneo yakni Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam terbuka lebar.

"Pulau Borneo ini merupakan salah satu wilayah terbesar dan memiliki keanekaragaman hayati baik flora dan fauna, serta memiliki jutaan hektare hutan bakau dan gambut serta banyaknya aliran sungai dengan arusnya deras yang kesemuanya dapat dialihkan menjadi energi yang ramah lingkungan," ujar Konjen RI Kuching, Raden Sigit Witjaksono melalui keterangan tertulisnya di Pontianak, Kamis.

Baca juga: KJRI Kuching beri pelayanan konsuler dan imigrasi 373 PMI di Bintulu

Hal itu disampaikan Konjen RI Kuching usai ia mendampingi Duta Besar RI untuk Malaysia, Hermono beserta manajer Fairatmos, Korfung Ekonomi KJRI Kuching, Korfung Ekonomi KBRI Kuala Lumpur dan pengusaha Sarawak saat bertemu dengan Premier Sarawak, Datuk Patinggi Tan Sri Abang Johari Tun Openg Abang Joe, terkait dengan akan dikerjakannya pembangunan energi terbarukan di Sarawak Malaysia.

Sigit mengatakan, dalam pertemuan itu Premier Sarawak juga menjelaskan berbagai kebijakan pemerintah Sarawak untuk mendorong pengembangan industri dan teknologi green energy. Sebagai contoh, peresmian pembangunan tahap lanjut pabrik lumut (algae) terbesar di dunia, Chitose Carbon Capture Central Sarawak di Kuching (10/5).

Premier Sarawak juga menunjukkan kesiapan pemerintahannya dalam teknologi algae dengan menumpang penerbangan berbahan bakar algae dari Kuching ke Langkawi (22/5). Juga digambarkan kesiapan Sarawak untuk penggunaan teknologi hydrogen.

"Di bidang PLTA hydropower, perusahaan BUMN energi Sarawak, Sarawak Energy Berhad, berpartisipasi dalam pembangunan PLTA Mentarang Induk di Kalimantan Utara dengan kapasitas sebesar 1.375 MW yang peletakan batu pertama dilakukan bersama antara Presiden Joko Widodo dan Premier Sarawak pada 1 Maret 2023 lalu," ujar Sigit.

Kemudian lanjut Konjen, Sarawak juga menunjukkan kesiapannya untuk mengekspor listrik ke Singapura melalui pipa yang ditanam di laut.

Premier Sarawak memberikan perhatian positif atas tawaran Fairatmos – perusahaan berbasis platform yang menghubungkan dan memverifikasi para pemangku kepentingan terkait dengan carbon trading – untuk bekerjasama dengan pihak-pihak terkait di Sarawak dalam pengembangan sektor energi hijau dengan mendapat dukungan atau insentif keuangan dari carbon trading.

Menurut Premier Sarawak, berbagai kritikan dari Amerika Serikat dan Uni Eropa terkait pembangunan di negara-negara berkembang yang tidak memperhatikan lingkungan hidup perlu dijawab dengan bukti nyata berupa penggunaan teknologi, peningkatan kualitas sumber daya manusia serta kebijakan yang serius dan konsisten dalam pembangunan energi hijau.

Sementara itu dalam kesempatan yang sama Dubes RI untuk Malaysia, Hermono berharap strategi dan kebijakan Premier Sarawak yang visioner dalam pembangunan energi hijau dapat disinergikan dengan kebijakan yang sama dari Indonesia.

Perpindahan ibukota Nusantara di Kalimantan akan memberikan dampak kuat untuk mempercepat potensi kerjasama antara Indonesia – Sarawak untuk Pulau Borneo yang ramah lingkungan.

Dubes RI juga berencana untuk dapat meninjau dampak energi hijau bagi masyarakat di desa di daerah Mukah, Sarawak Malaysia, di mana sekitar 200 keluarga menggunakan listrik dari ampas kelapa sawit.

Baca juga: KJRI Kuching antar kepulangan nelayan Natuna yang ditahan Malaysia

Pewarta: Dedi dan Slamet
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2023