Daripada nyinyirin gagasan orang, lebih baik kita menanam padi di sawah agar kita terbebas dari krisis pangan
Purwakarta (ANTARA) - Politisi Partai Gerindra Dedi Mulyadi menangkal serangan terhadap Menteri Pertahanan Prabowo Subianto di dunia maya terkait proposal perdamaian yang diajukan Prabowo untuk menghentikan perang Rusia dan Ukraina.

"Para buzzer sibuk menyerang Pak Prabowo, karena dianggap tidak mampu berdiplomasi internasional. Pertanyaannya, di mana letak ketidakmampuannya?," kata Dedi, dalam sambungan telepon, di Purwakarta, Selasa.

Proposal itu memang akhirnya ditolak oleh pihak Ukraina, dan kini menjadi pro dan kontra. Bahkan sejumlah akun di media sosial justru mengomentari hal tersebut dengan nada nyinyir.

Mengenai proposal perdamaian itu, kata dia, sebenarnya tidak ada yang salah dari seorang negarawan untuk mengajak menghentikan konflik.

Menurutnya, jika Ukraina menolak hal tersebut tak menjadi soal. Sebab hal terpenting Prabowo telah menyampaikan gagasannya di forum internasional bahwa peperangan harus segera dihentikan dan kembali hidup damai.

Baca juga: Gubernur Lemhannas: Usulan Prabowo tekankan solusi damai Rusia-Ukraina

"Kita tahu bahwa gagasan dunia damai, dunia dibebaskan dari peperangan itu pasti akan merugikan beberapa pihak yang setiap waktu memproduksi senjata untuk kepentingan berperang," katanya.

Atas hal itu, Dedi mengaku mendukung sepenuhnya apa yang dilakukan Prabowo. Sebab hal tersebut adalah sebuah bentuk patriotik seorang putra bangsa yang bekerja secara nyata dan tak sekadar berkata-kata.

Dedi juga menyampaikan agar para netizen yang nyinyir terhadap gagasan untuk turun tangan ke lapangan mempersiapkan diri membangun negeri dengan berkontribusi agar Indonesia bisa terhindar dari ancaman krisis pangan.

"Daripada nyinyirin gagasan orang, lebih baik kita menanam padi di sawah agar kita terbebas dari krisis pangan. Sehingga kita tidak berperang berebut beras di pasar dan membebaskan Indonesia dari impor beras," katanya.

Baca juga: Prabowo usulkan PBB gelar referendum di wilayah sengketa Rusia-Ukraina
 

Pewarta: M.Ali Khumaini
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2023