Kami mengharapkan penelitian itu dapat memberikan alternatif pengganti zat pewarna berbahan kimia karena bahan-bahan pewarna kimia dapat mencemari lingkungan dan diperkirakan akan mengakibatkan timbulnya penyakit kanker pada pemakainya,"
Yogyakarta (ANTARA News) - Tim mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta membuat pewarna tekstil dari daun jambu biji (Psidium Guajava Linn).

"Daun jambu biji mengandung pigmen gugus kromofor karbonil dan auksokrom yakni hidroksil dengan senyawa organik tak jenuh hidrokarbon aromatik sehingga pigmen itu mudah sekali melepaskan zat tersebut pada tekstil," kata Koordinator Tim Mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Senja Dewi Utamaningsih di Yogyakarta, Senin.

Menurut dia, daun jambu biji mengandung antosianin seperti cyanidin-3-sophoroside dan cyanidin-3-glucoside yang berperan penting pada pewarnaan daun jambu biji. Daun jambu biji juga mengandung flavan-3,4-diols yang tergolong senyawa tanin berupa pigmen kuning sampai coklat.

"Tahap pelaksanaan penelitian pembuatan pewarna tekstil itu adalah maserasi, membersihkan daun jambu biji kemudian dihaluskan dengan blender sehingga didapatkan serbuk daun jambu biji. Selanjutnya menyiapkan larutan metanol 12 liter dalam jerigen," katanya.

Langkah selanjutnya adalah memasukkan serbuk daun jambu biji yang sudah diblender dalam jerigen yang berisi metanol dan merendam serbuk daun jambu biji tadi selama sehari semalam, sambil dikocok setiap sore.

Ia mengatakan maserasi dilakukan sampai dua kali, 2-24 jam. Tahap selanjutnya adalah evaporasi dan uji potensi sebagai pewarna tekstil, zat warna yang diperoleh berwarna hijau kecoklatan.

Warna hijau itu diduga dari zat warna klorofil yang berasal dari daun. Warna coklat dari zat warna diduga adalah dari golongan flavonoid, salah satunya adalah senyawa flavan 3,4-diol.

"Senyawa-senyawa dalam zat warna dapat dipisahkan melalui metode kromatografi kolom. Dari pelarut tidak terbentuk serbuk melainkan terbentuk karamel," katanya.

Menurut dia sebagian pelarut etanol dan aseton menguap, yang sisanya berikatan dengan bagian lain dari kandungan daun jambu biji yang bersifat nonpolar yang kemudian terbentuk suatu karamel.

Hasil zat warna yang diperoleh berupa karamel, maka zat warna tidak dapat dikarakterisasi dengan spektroskopi IR dan diukur titik leburnya. Dari 50 gram daun jambu biji kering dihasilkan 10,24 gram pasta zat warna sehingga rendemennya mencapai 20,48 persen.

"Kami mengharapkan penelitian itu dapat memberikan alternatif pengganti zat pewarna berbahan kimia karena bahan-bahan pewarna kimia dapat mencemari lingkungan dan diperkirakan akan mengakibatkan timbulnya penyakit kanker pada pemakainya," katanya.

Anggota Tim Mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) adalah Pambudi Tedjo, Saryana, dan Ragil Nurjannah.

(B015/M008)

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013