Survei ini memperlihatkan bahwa penutupan teras Candi Borobudur pada dasarnya bisa diterima oleh masyarakat
Jakarta (ANTARA) - KataData Insight Center (KIC) menyebutkan 83 persen masyarakat di Indonesia setuju jika Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah, harus terus dirawat dan dijaga kelestariannya sebagai salah satu cagar budaya.

“Sebagian besar paham bahwa Candi Borobudur adalah cagar budaya yang tentunya harus dirawat. Masyarakat juga menerima alasan pelarangan pengunjung naik ke Candi Borobudur,” kata Direktur Riset KIC Gundy Cahyadi dalam Taklimat KIC yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis.

Gundy menuturkan besarnya angka itu menunjukkan masyarakat sudah bisa memahami bahwa sangat penting untuk memperpanjang usia candi sebagai cagar budaya sekaligus ikon sejarah Indonesia.

Dalam survei selama kurun waktu 21 Maret hingga 18 April 2023 kepada 2.191 responden itu, diketahui pula sebanyak 87 persen responden menanggapi penutupan candi dengan sentimen positif dan 12 persen merespon negatif.

Alasan responden menanggapi penutupan candi dengan positif, selain untuk pelestarian candi, juga bisa menghindari perilaku buruk pengunjung, menjaga benda bersejarah dan sumber pengetahuan, menghormati tempat sakral dan upaya konservasi candi.

Baca juga: TWC: Ruwat Rawat Borobudur jaga spiritualitas Candi Borobudur

“Survei ini memperlihatkan bahwa penutupan teras Candi Borobudur pada dasarnya bisa diterima oleh masyarakat,” ujar Gundy.

Pahamnya masyarakat atas hal tersebut juga terungkap dalam survei yang menunjukkan bahwa 68 persen mengetahui untuk tidak boleh naik ke atas teras kesembilan dan kesepuluh, 49 persen tahu tidak boleh naik ke teras keenam hingga kedelapan. Sedangkan 23 persen tahu untuk tidak boleh naik ke terasi pertama hingga kelima.

Namun delapan dari 10 responden yang tahu teras candi tidak boleh diakses masih berminat untuk tetap naik ke teras candi. Naik ke atas candi memang merupakan salah satu daya tarik tersendiri dari Borobudur.

Hanya saja, katanya, melihat tingkat pengetahuan serta sentimen positif masyarakat terhadap ditutupnya akses naik candi yang sudah cukup tinggi, pembukaan akses naik candi dinilai bukan menjadi hal yang darurat bagi wisatawan.

“Untuk menggantikan aktivitas naik candi tersebut perlu dibuatkan aktivitas alternatif bagi pengunjung,” katanya.

Baca juga: Pemerintah bangun museum hingga siapkan wisata spiritual Borobudur

Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid menanggapi survei itu dapat membantu pemerintah untuk mengetahui langkah-langkah yang tepat dalam melaksanakan tugas dan fungsinya menjaga, merawat, dan melestarikan cagar budaya Borobudur tersebut.

"Hasil survei memberi petunjuk kepada Ditjen Kebudayaan untuk merumuskan kebijakan yang jauh lebih selaras dengan persepsi publik ini," katanya.

Menurutnya, semakin rutin riset terkait budaya dilakukan, maka pemerintah bisa menghasilkan kebijakan-kebijakan yang sangat obyektif. Hal ini juga bisa memberikan gambaran sejauh mana kepedulian dan pariwisata, seperti apa yang diinginkan masyarakat terhadap Borobudur.

“Jadi melalui survei ini mengkonfirmasi apa yang sudah lama kita observasi, dan catatan lainnya adalah masyarakat melihat bahwa Borobudur sebagai cagar budaya. Sebagai ikon bersejarah. Karena itu pengelolaan dan pelestariannya harus mengacu kepada cara pelestarian cagar budaya,” kata Hilmar.

Baca juga: Borobudur kekurangan atraksi lain untuk hibur wisatawan

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023